KUNINGAN (MASS) – Mahasiswa Kesmas peminatan Kesehatan Lingkungan Stikes menggelar seminar profesi pada Minggu (4/7/2021) kemarin.
Pada seminar tersebut, berfokus pada tema Pengelolaan Limbah Medis Dimasa Pandemi COVID-19 Menjadi Tantangan Pencapaian Sustainable Development Goals Tahun 2030.
Ketua Pelaksana Sururiyya Maulida dalam sambutannya menyebut acara tersebut dihadiri oleh 220 peserta. Di acara tersebut, dipaparkan materi dari narasumber, serta dilanjutkan diskusi.
Dalam acara yang digelar secara virtual tersebut, sempat dibuka Ketua Program Kesehatan Masyarakat Fitri Kurnia Rahim S KM M PHM.
Adapun narasumber yang dihadirkan adalah Dr Elanda Fikri S KM, M Kes selaku Dosen Poltekkes Bandung dan Ir Sofwan MM yang merupakan Subdit Pengamanan Limbah Direktorat Kesehatan Lingkungan.
Dijelaskan narasumer, setiap orang yang menghasilkan limbah/sampah B3 medis wajib melakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum melakukan pembuangan terutama pada masa pandemi COVID-19 ini.
“Penghasil limbah atau sampah B3 medis yang perlu diperhatikan tidak hanya dari Rumah Sakit (RS) atau fasyankes melainkan dapat juga dari rumah tangga. Rumah tangga yang menghasilkan limbah B3 medis pada pandemi COVID-19, misalnya mereka yang melakukan isolasi mandiri atau yang terkonfirmasi positif COVID-19, sedangkan yang disebut dengan sampah B3 medis rumah tangga adalah mereka yang tidak terkonfirmasi COVID-19 seperti sampah masker, pelindung wajah dan sarung tangan,” jelas pemateri dalam paparannya.
Untuk mengatasi hal tersebut, dijelaskan narasumber, terdapat konsep pengelolaan limbah dengan merapkan pola 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) pada limbah tertentu dan menerapkan kebijakan pemerintah tentang pengelolaannya sesuai dengan jenis limbah tersebut dengan memperhatikan aspek safety.
Oleh karena itu, terdapat 3 peran penting sanitarian yaitu pengurangan risiko, pencemaran lingkungan dan ketaatan terhadap peraturan agar tercapai tujuan dari Sustanable Development Goals (SDG’S) 2030.
Di akhir, Dr Elanda Fikri menyebut pandemi COVID-19 ini merupakan momentum bagi umat manusia untuk mengoreksi secara tata cara pandang dan cara hidup dimuka bumi ini yang telah banyak menyebabkan aneka kerusakan.
“Alam bisa hidup tanpa manusia sedangkan manusia tidak bisa hidup tanpa alam. Solusi mendasar dari kerusakan lingkungan adalah perubahan pola pikir dan perilaku manusia,” pesannya di akhir. (Eki)