KUNINGAN (MASS) – Di era modern ini yang ditandai oleh perubahan yang begitu cepat dan tekanan hidup yang terus meningkat. Yang dimana dapat menimbulkan “kegilaan” di era sekarang ini, yaitu keadaan di mana individu merasa terjebak dalam kekacauan emosional, stres, dan kebingungan eksistensial. Di tengah situasi ini , filsafat Stoikisme yang berakar pada ajaran Zeno dari Citium yang diteruskan oleh tokoh seperti Epictetus, Seneca, dan Marcus Aurelius, yang menawarkan obat atas kegilaan era sekarang ini dalam menghadapi tantangan kehidupan. Stoikisme menawarkan prinsip-prinsip dikotomi kendali & Premiditati Malorum.
Dikotomi kendali menawarkan prinsip stoikisme yang di bagi dalam dua kategori: hal-hal yang berada di dalam kendali kita (internal) dan hal-hal yang berada di luar kendali kita (eksternal). Contoh kasus era modern ini : Fadlan seorang mahasiswa UIN SSC sedang mempersiapkan skripsinya dengan baik, berlatih berbicara di depan cermin, memastikan dirinya lancar dalam berbicara.sebelum Fadlan mempresentasikan hasil skripsinya Fadlan mendengar bahwa dosen pengujinya adalah dosen killer dan kritis terhadap mahasiswa yang akan diujinya.
Dalam sebuah kasus di atas, terdapat dikotomi kendali stoikisme yang dapat membantu Fadlan dalam mengendalikan kecemasannya, Fadlan harus membedakan mana faktor yang harus fadlan kendalikan (internal) dan yang tidak bisa fadlan kendalikan (eksternal).
Internal: Fadlan memiliki kendali penuh atas bagaimana ia mempersiapkan materi, melatih cara penyampaian, dan menjaga kepercayaan dirinya.
Eksternal: Fadlan tidak bisa mengendalikan respons dosen atas presentasinya, pendapat dosen tersebut terhadap kinerja presentasi nya Fadlan.
Sebagai pelengkap dari dikotomi kendali, Dalam buku filosofi teras memiliki sebuah tips yang bisa disebut “premeditation malorum” atau “premeditate evil” atau “pikirkanlah hal – hal buruk yang mungkin terjadi”. Awali setiap hari dengan mengatakan pada diri sendiri bahwa kita akan diganggu orang – orang, dihina, bertemu orang yang tidak tahu terima kasih, dikhianati, egois, dan lain – lain. Dengan memikirkan suatu yang terjadi pada kita, mengubah kekhawatiran yang “tidak terduga” menjadi sesuatu yang “telah diantisipasi”, dimana dapat mengubah dirinya lebih tenang.
Adapun relevansi dan praktik dalam teori filsafat stoikism bisa dijabarkan sebagai berikut: Sebelum menghadapi dosen pengujinya, Fadlan bisa mempraktikkan premeditatio malorum dengan membayangkan kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi selama presentasi. Fadlan membayangkan skenario bahwa dosen akan memberikan kritik tajam terhadap penelitiannya atau mengajukan pertanyaan sulit. Dengan begitu, Fadlan dapat menyiapkan respons yang lebih matang dan mental yang lebih kuat. Ketika hal-hal tersebut benar-benar terjadi, Fadlan tidak akan terkejut atau terintimidasi karena telah mengantisipasinya. Akibatnya, Fadlan dapat menghadapi situasi tersebut dengan ketenangan dan rasa percaya diri.
Penutup
Filsafat Stoikisme mengajarkan kita untuk mengendalikan emosi terhadap hal-hal yang berada di luar kendali kita, karena berfokus pada hal-hal tersebut hanya akan menambah beban pikiran tanpa membawa solusi. Sebaliknya, dengan memusatkan perhatian pada apa yang dapat kita kendalikan, kita dapat menghadapi tekanan hidup dengan lebih tenang, bijaksana, dan penuh kepercayaan diri.
Penulis: Riza Amrulloh, Mahasiswa UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon