KUNINGAN (MASS) – GELISAH MENGUNDANG TANYA? Bagi sebagian orang masa 20-an tahun menjadi masa-masa yang penuh tanda tanya. Fase ini biasanya dialami milenial yang sedang menempuh atau sudah selesai menempuh perguruan tingi, di mana ada perasaan takut, bingung, khawatir terhadap kelanjutan hidup di masa depan. Hal ini terjadi karena banyak tekanan dari keluarga, teman sebaya, rasa takut terhadap masa yang akan datang, frustasi dengan hubungan atau dapat pula berkaitan dengan pekerjaan. Semakin banyak tekanan seseorang cenderung membangun emosi negatif padahal di sisi lain banyak aspek positif yang ia miliki namun ia tidak menyadarinya.
Sebenarnya apa sih yang sedang terjadi pada kita generasi milenial?
Menurut Fiscer (2008) perasaan khawatir yang hadir atas ketidakpastian hidup mendatang seputar relasi, karier, dan kehidupan sosial yang terjadi sekitar usia 20-an adalah fase Quarter Life Crisis.
Mendukung pernyataan tersebut Nash dan Murray (2010) mengatakan bahwa seorang anak manusia yang memasuki fase umur 18-28 tahun akan mengalami yang namanya Quarter Life Crisis sebuah masalah terkait mimpi dan harapan, tantangan kepentingan akademis, agama dan spiritualitasnya, serta kehidupan pekerjaan dan karier.
Riset Linkedin November 2017 menyebutkan sebanyak 75% rentang usia 25-33 tahun telah mengalami Quarter Life Crisis. Krisis tersebut terjadi pada masa remaja dan dewasa. Fase ini dianggap paling penting karena pada masa remaja dan dewasa kita sedang mulai belajar mengeksplorasi diri, hidup mandiri, dan mengembangkan sistem/nilai.
Penyebab bingung, gelisah, galau, dan gundah itu karena setiap orang memiliki respon yang berbeda-beda pada masa remaja, ada yang memang senang dan antusias berada pada masa ini merasa tertantang untuk menjalaninya. Namun, ada pula yang merasa cemas, tertekan dan hampa melaluinya. Individu yang belum mampu merespon dengan baik persoalan transisi diprediksi akan mengalami berbagai masalah psikologis, merasa terombang-ambing dalam ketidakpastian dan mengalami Crisis Emosianal (Quarter Life Crisis).
Ironisnya masa ini terjadi saat manusia ada pada titik paling produktif, yang idealnya mampu menciptakan gebrakan dalam berbagai hal, menggebu-gebu semangatnya untuk memberikan yang terbaik, dan berambisi untuk dapat bermanfaat bagi sesama, namun kenyataannya 75% pemuda saat ini mengalami yang namanya kebingungan. Pantas saja negara ini tidak bisa melesat jauh anak mudanya saja masih bingung dengan dirinya.
Jadi apa yang harus kita lakukan saat krisis menerjang?
Ketika kita sedang mengalami atau berada di masa Quarter Life Crisis kita perlu bersikap positif dan memandang bahwa masa transisi adalah hal yang biasa terjadi pada setiap orang. Responlah fase krisis ini dengan belajar menerima diri dengan segala potensi yang dimiliki dan menyadari hal-hal positif yang ada di sekeliling kita. Hindarilah melihat/membandingkan dengan orang lain, hal tersebut cukup membantu kita tetap tenang. Mulailah memperbaiki diri dan cobalah mengambil peran lalu keluar dari zona nyaman. Hal-hal yang belum pasti cukup direncanakan tanpa dirisaukan.
Mari segera selesaikan kegelisahan ini, mulailah hidup yang lebih bermakna dengan cara menerima diri sendiri, memperbaiki kualitas diri, lalu menata kembali prioritas.
Gunakan masa mudamu untuk terus belajar menimba ilmu. Berlelah-lelah lah untuk bermanfaat bagi sesama, sampai lelah itu lelah sendiri mengikutimu.
Mari kita menjadi generasi milenial yang mampu membuat bangsa ini maju.
Karena jika bukan kita, siapa lagi??
Penulis : Isnaeni Meylina
Mahasiswa Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Universitas Negeri Yogyakarta