KUNINGAN (MASS) – Meski sejak tanggal 6 Februari Komisi Penanggulangan AIDS mendapatkan kembali pasokan kondom dari KPAN. Tapi, pasokan kondom yang berjumlah 15 ribu itu hanya jatah untuk tiga bulan (Januari-Maret).
Setelah habis jatah tiga bulan maka tidak akan dikirim kembali. Situasi ini terjadi seperti tahun lalu, dimana hanya diberikan tuga bulan.
“Penyebab utama kondom tidak diberikan adalah karena Komisi Penaggulan AIDS Nasional sudah dibubaurkan dan untuk pengadaan dialihkan ke dearah. Justru untuk Kuningan belum ada rencana pengadaan karena tidak dianggarkan,” sebut Staf Logistik KPA Kuningan Denih Sukmana, Sabtu (17/2/2018).
Kondisi ini tentu membuat para PSK yang mengunakan KB mandiri atau membeli ketika melayani “tamu”. Solusi sudah dicari dengan meminjam ke ke Dinas Pengendalian Penduduk dan KB namun ternyata kosong.
“Untuk sosialisasi akan terus berjalan di semua kalangan dan lebih memantau pergerakan kaum penikmat yang ODHA untuk tetap menggunakan alat kontrasepsi,” ujarnya.
Diterangkan, kekhawatiran KPA mereka dengan sengaja menularkan. Mudah-mudahan semuanya sadar cukup mereka yang merasakan dan tidak menularkan
“Maksud penikmat itu laki-laki hidung belang yang tidak terdeteksi statusnya,” tandsnya.
Sekedar mengingatkan, setiap bulan para PSK yang mangkal di Kabupaten Kuningan dalam sebulan ternyata menggunakan 5.000 kondom ketika bertransaksi. Data ini diperoleh dari Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Kuningan.
Menurut Staf Logistik KPA Kuningan Denih Sukmana jumlah itu sesuai dengan estimasi yang ditetapkan oleh KPA Provinsi Jabar, dimana Kuningan diberikan jatah per bulan 5.000 pcs.
Kondom itu lanjut dia, sesuai amanat KPA Nasional kondom itu disebar di tempat yang dianggap beresiko atau adanya transaksi seksual yang telah dipetakan oleh LSM, Dinkes dan KPA. Di Kuningan sendiri ada lima kecamatan yang dianggap rentan adanya transaksi.
Lima kecamatan itu adalah Kuningan, Ciawigebang, Kalimanggis, Cilimus dan Darma. Kondom disebar di outlet. Outlet itu bisa berupa tetap dan mobile atau keliling. Sedangkan yang mobil ke person langsung. Sementara itu, untuk yang tetap ke hotel, kios-kios kecil
“Dulu ada kondom untuk perempuan ada, tapi kini tidak ada karena susah digunakan, sehingga kondom yang disebar adalah kondom untuk laki-laki,” tandasnya.
Ditanya mengenai banyaknya PSK yang menggunakan kondom berarti selama ini banyak pelanggannya? Denih menyebutkan, untuk menghitung pelanggan kalau berdasarkan estimasi provinsi yakni minimal 1 WPS (wanita pekerja seks) X 3 kondom/hari kali jumlah WPS yang diestimasi di Kabupaten Kuningan itulah rumusannya.
Denih mengatakan, KPA berharap dengan adanya pemberian kondom kepada PSK maka bisa meminimalisir resiko tertular HIV/AIDS. Karena satu-satunya alat untuk menekan angka HIV/AIDS menurut pemerintah hanya bisa dicegah dengan kondom.
“Selain kita mobile dan disimpan di kios, tidak sedikit PSK yang meminta jatah kondom. Tapi mereka tidak langsung datang namun melalui telepon. Namun kalau kondomnya tidak dipasok lagi bagaimana?” pungkasnya. (agus)