KUNINGAN (MASS) – Wisata alam Bukit Panembongan yang berlokasi di wilayah Kecamatan Garawangi, Kabupaten Kuningan, resmi ditutup. Penutupan ini diketahui berdasarkan papan pengumuman yang terpasang di lokasi, yang menyebutkan bahwa penutupan dilakukan berdasarkan surat nomor 0436/043.7/KNG/DIVREJANTEN/2024 dari Perhutani.
Saat dikonfirmasi pada Rabu (20/8/2025) terkait penutupan tersebut, Humas Perhutani Kuningan, Dani, menjelaskan bahwa penutupan dilakukan karena berakhirnya kerja sama antara Perhutani dengan pihak mitra pengelola, yakni Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang sebelumnya bertanggung jawab atas pengelolaan kawasan wisata tersebut.
“Kerja sama dengan mitra pengelola sudah tidak aktif lagi sejak Mei 2025. Setelah masa kerja sama berakhir, dilakukan assessment atau evaluasi terhadap lokasi wisata, dan hasilnya memutuskan bahwa kawasan ini harus ditutup,” ujar Dani.
Ia menyebut, penilaian dilakukan berdasarkan berbagai aspek seperti infrastruktur, aksesibilitas, keberlanjutan lingkungan, keamanan, partisipasi masyarakat, dan manajemen wisata.
“Kalau hasil evaluasinya skornya di bawah 80, maka masuk dalam kategori tutup. Salah satunya Panembongan,” tambahnya.
Ia juga menyampaikan bahwa penutupan tersebut atas permintaan dari pihak LMDH sendiri, yang dinilai tidak lagi aktif menjalankan kegiatan pengelolaan wisata. Selain itu, kekhawatiran akan potensi risiko kecelakaan pengunjung dan dampak sosial serta lingkungan menjadi alasan utama penutupan.
“Kalau tidak ada mitra kerja sama, tidak akan dibuka kembali. Kecuali ada pihak desa atau badan usaha yang mengajukan permohonan kerja sama, sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku dengan tujuan untuk meningkatkan nilai tambah bagi kedua belah pihak khusus nya, umumnya untuk masyarakat sekitar ” ujarnya.
Perhutani mengaku terbuka terhadap kemungkinan kerja sama baru, baik dari pihak desa, badan usaha, maupun perseorangan, selama sesuai dengan regulasi dan memiliki komitmen menjaga kelestarian kawasan.
Dani menyebut selama wisata ini masih beroperasi, keberadaannya memberi manfaat ekonomi bagi warga, mulai dari usaha parkir, warung, hingga jasa lokal lainnya. Namun, ia menekankan pentingnya kebersamaan dan komitmen semua pihak dalam pengelolaan wisata alam.
“Kalau masing-masing punya ego sendiri, dampak sosialnya bisa lebih besar,” kata Dani.
Menurutnya, hingga saat ini belum ada kepastian kapan Bukit Panembongan akan dibuka kembali. Perhutani menunggu inisiatif dari calon mitra pengelola yang ingin bekerja sama secara resmi. (didin)