KUNINGAN (MASS) – Perwakilan tim dari Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) bersama sejumlah pegiat dari Desa Subang Kecamatan Subang, datang menemui Wakil Bupati Kuningan Tuti Andriani SH MKn, Kamis (26/6/2025) kemarin.
Rombongan datang ke Wabup, memamerkan hasil pemberdayaan masyarakat Subang yang salah satunya menghasilkan olahan produk KOPI GITA (Giri Taruna) hasil Program Pendampingan Desa Sejahtera Astra, Kerjasama Astra International dan UNPAR.
Selain melaporkan yang sudah berjalan, UNPAR juga ternyata mereport rencana pemberdayaan di wilayah lain, tepatnya Desa Cisantana Kecamatan Cigugur.
Pegiatan kopi di Subang, Taufik didampingi jajaran Karang Taruna, memaparkan bahwa sebelum tersentuh UNPAR, hasil kopi di Subang biasanya dijual secara “brutal”.
Apa yang dimaksud brutal itu, karena warga tidak tahu harga yang baik, dijual ke bandar luar kota, dan warga juga tak tahu cara memperlakukan kopi agar komoditas tersebut jadi bernilai lebih tinggi.
Sementara, Willfridus Demetrius S . (Willy – Dosen UNPAR) PIC Pengembangan Kopi Gita Desa Subang UNPAR didampingi Arnold Rury – kepala Divisi Pengabdian Kepada Masyarakat, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UNPAR, mengatakan bahwa sejauh ini, dari apa yang terlihat di Cisantana, potensinya memang di wisata. Namun pihaknya juga memandang perlu penguatan tata kelola.
Selain penguatan tata kelola, lanjutnya, apa yang muncul di Cisantana adalah moderasi beragamanya yang sangat kuat. Dari pintu-pintu itulah nantinya UNPAR akan masuk di pengembangan desa.
“Cisantana itu memang sejak 2015 cukup signifikan, dan kalo kita ngomong massif ya massif. Tapi yang perlu dilihat, dianalisis lebih jauh bagaiamana memetakan potensi desanya, penguatan SDM nya dan juga penguatan tata kelola,” ujarnya.
“Tiga hal ini terkait erat dengan pengembangan wisata. (Jadi arah pengembangan ke Desa Wisata?) ya arahnya Desa Wisata,” imbuhnya.
Dipaparkannya, diantara kawasan Rebbana, Kuningan merupakan kabupaten yang mengembangkan agrowisata, dan yang sudah cukup populernya adalah Cisantana.
“Cuman ini untuk siapa (pengembangan wisata selama ini)? yang dapat keuntungan siapa? Kita tidak bilang swasta terlalu (dominasi di Cisantana) karena desa kan harus kolaborasi (dengan berbagai pihak), pentahelix,” terangnya.
Namun yang dipertanyakan, pentahelix itu diharap komandonya ada desa. Desa punya kendali pada semua sektor yang terlubat mau swasta, perguruan tinggi, industri, maupun UMKM.
“Harus dikontrol desa. Maka desanya harus kuat. BUMdes harus kuat,” terangnya kenapa yang disasar UNPAR di Cisantana adalah penguatan tata kelola desa.
Di lain sisi, merespon apa yang sudah dilakukan UNPAR di Subang, Wabup Tuti Andriani berterima kasih atas UNPAR, bisa memunculkan kopi GITA ke panggung yang lebih baik. Ia juga menyambut baik rencana UNPAR memberdayakan Cidantana.
“Kami dari Pemda menghaturkan terima kasih karena akan ada bimbingan dan akan memberikan dampak positif, karena perekonomian merekapun akan terangkat,” kata Wabup, yang dalam pertemuan tersebut didampingi Kadisporapar Dr Elon Charlan, dan Kabid GTK Pipin M Arifin. (eki)
