KUNINGAN (MASS) – Selain menghadapi masalah covid-19 di Kabupaten Kuningan yang jumlahnya terus meningkat, Bupati Kuningan H Acep Purnama juga disibukkan dengan tuduhan yang menyerang dirinya terkait keterlibatan keluarga.
Ada beberapa poin tuduhan yang kuninganmass.com himpun kepada orang nomor satu di kota kuda yakni pembelian APD melalui anaknya yang dokter. Lalu, pembelian rumah sakit yang notarisnya melibatkan adiknya.
Selanjutnya penggelolaan bantuan sembako Rp200 ribu yang koordinator pembeli sembakonya adalah anaknya dan penggunaan Hotel Purnama untuk karantina yang harus dibayar oleh pemda.
“Astaghfirullah hal adzim itu tuduhan tidak benar. Anak saya itu tidak tidak butuh nanaon karena sudah mapan. Yang satu di Bandung dan satu lagi dokter di Jakarta. Tidak akan disibukan dengan yang recehan seperti pengadaan sembako,” ujar Bupati Acep kepada kuninganmass.com, Minggu (10/5/2020).
Suami dari Hj Ika ini mengatakan, untuk pengadaan sembako bantuan Pemda memang ada yang datang yang mempunyai toko sembako banyak di Kuningan. Namun, ditolak karena sebagai bupati tidak mengurus pengadaan karena diberikan ke koordinator yakni Dinas Sosial.
Mengenai keterlibatan adiknya sebagai notartis yang bernama Tuti dibenarkan. Namun, itu karena haknya sebagai bupati.
Dipilih adiknya agar harganya lebih murah karena sebagai bupati tentu mengetahui prosedur notaris sehingga dengan yang dekat bisa menawar dengan harga murah.
“Kan kalau ke adiknya mah bisa menawar harganya segini harus cukup. Saya justru ingin semurah mungkin,” tandasnya.
Begitu juga terkait tuduhan pembelian RS eks Citra Ibu yang dinilai mahal. Padahal, pihaknya sudah berbicara dengan Kepala BPKAD agar ada rincian pengadaan RS dengan dana Rp9 miliar, dimana Rp7,5 miliar pembelian, sisanya komponen untuk pajak, notaris, aprisal dan renovasi. Hal ini agar lebih jelas.
“Memang saya sebagai pengguna anggaran tidak boleh melakukan teori dagang saya? Saya ingin semua murah agar lebih berhemat. Hal itu menandakan saya orang profesional,” jelasnya.
Acep juga membantah keterlibatan anaknya yang dokter dalam pengadaan alkes/APD di Kuningan. Justru anaknya memberikan bantuan APD, pembersih tangan, masker dan lainnya. Bahkan pembagian itu dilakukan hingga ke puskesmas-puskemas.
“Anaknya saya kan SMP nya di Kuningan dan banyak teman-temannya di Kuningan tentu ingin membantu tanah kelahirannya sehingga tidak terpikirkan untuk ikut campur,” tandasnya lagi.
Terkait masalah hotel yang digunakan sebagai tempat karantina, ia tidak pernah hitung-hitung iklas untuk kepentingan banyak.
“Bu Susi sering nengok ke sini dan selalu bertanya terkait pembayaran. Saya selalu berbicara gampang hitungan mah yang penting sekarang mah digunakan untuk kepentingan. Saya iklas,” pungkaasnya. (agus)