KUNINGAN (MASS) – Diskusi publik yang digelar dalam kegiatan Unifest 2021 dengan tema “Pandemi Covid 19. Nasib Pendidikan di Kabupaten Pendidikan?” Selesai diselenggarakan pada Jumat (19/2/2021) malam.
Diskusi sendiri digelar secara online dengan para narasumber yang bertempat di kantor Bupati.
Acara sendiri dibuka Bupati H Acep Purnama SH MH, yang memang sekaligus menjadi keynote speaker dalam kegiatan yang berlangsung sejak pukul 19.45 – 22.30.
Hadir sebagai narasumber, Kadisdikbud Kuningan Drs H Uca Somantri M Si, Anggota Komisi IV DPRD Kuningan Drs. Ir. Rusliadi, juga stafsus Mendikbud 2016/2019 M.Si Ilham Ramdhani S. Ip.
Keempat narasumber, menyambut baik kegiatan yang mengusung tema pendidikan ini.
Semuanya berharap, ada jalan serta motivasi dan kesepahaman yang sama dalam membangun kabupaten pendidikan.
Acara dipandu oleh moderator Venu Nesa S.Ag dan dihadiri oleh 300 audiens via Zoom Meet. Unifest sendiri, merupakan acara yang digelar para alumni SMAN 1 Kadugede.
Acep menyebut, kegiatan diskusi ini bentuk kreatifitas dan inovasi mahasiswa ditengah pandemic terutama dalam bidang pendidikan.
“Kami sedang melakukan upaya penanganan permasalahan – permasalahan pendidikan dengan terus berkordinasi dengan SKPD terkait. Tentu usaha ini membutuhkan waktu,” sebut Acep.
Untuk saat ini, Acep mengaku pihaknya masih mencari metode pembelajaran yang tepat, mengingat bahwa pandemic ini tidak dapat diperkirakan kapan akan berakhir.
Selain Acep, narasumber lainnya pun mengemukakan persoalan yang penting dalam pendidikan. Saling lempar pertanyaan, jawaban, opini dan argumen serta pemaparan narasumber menjadikan diskusi lebih hangat.
Tentu saja, harapannya adalah bisa menentukan nasib pendidikan kedepannya agar benar-benar bisa menjadi kabupaten pendidikan dengan visi dan progress yang jelas bagi masyarakat.
Ketua pelaksana Zio Rahaden Rane atau yang keral dipanggil Ewo menyebut, dari diskusi tersebut pihak penyelenggara mendorong agar pemkab dan pihak terkait lebih memperhatikan kualitas pendidikan, terlebih bagi wilayah yang memang susah untuk mendapatkan sarana dan prasarana pendidikan jarak jauh (PJJ).
“Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa pelajar maupun pengajar terkendala oleh ketersediaan kuota dan perangkat untuk pelaksanaan PJJ,” sebutnya.
Dalam diskusi, diutarakan pula kendala lain yang menjadi pembahasan. Saat ini, masih terdapat wilayah yang memang masuk kedalam kategori blank spot atau tidak dapat dijangkau oleh sinyal provider.
“Masih ada sebagian pengajar dan orang tua siswa yang awam terhadap teknologi sehingga dalam proses pembelajaran peserta didik menjadi terhambat,” imbuhnya di akhir. (eki/rls)