KUNINGAN (MASS) – Belakangan ini, kasus asusila yang melibatkan pelajar kerap terjadi. Hal itu tentu menjadi perhatian banyak pihak, selain orang tua, juga insan pendidikan dan khalayak umum. Bahkan, Disdikbud juga kena sentil.
Sementara itu, baru-baru ini Ketua PGRI Kuningan Pipin Mansur Aripin MPd, menyebut persoalan asusila ini, dari sisi organisasi PGRI, menurutnya tidak perlu mencari kambing hitam siapa yang salah dan siapa yang benar. Pipin menegaskan, harus ada beberapa langkah nyata yang harus segera diterapkan.
“Jadikan pertemuan tatap muka terbatas sebagai ajang untuk merecovery komunikasi kebatinan antara guru dan siswa yang terhenti karena PJJ (pendidikan jarak jauh). Karena dengan PJJ ini, ada sekat komunikasi,” ujarnya.
Langkah berikutnya, kata Pipin, Guru harus hadir dengan fungsi yang utuh. Baik sebagai pengajar maupun sebagai org tua kedua, yaitu dengan cara meluangkan waktu untuk ngobrol terkait aktifitas siswa saat PJJ.
“Rangkul siswa dengan kegiatan disekolh yg bersifat edukatif dan karateristik seperti kegiatan keagamaan dan bimbingan konseling,” imbuhnya.
Selanjutnya, masih kata Pipin, harus adanya kolaborasi komunikasi antara pihak sekolah, komite dan orang tua siswa dengan cara pertemuan untuk membahs kegiatan siswa dimasa pandemi dan konsep PTMT (Pembelajaran Tatap Muka Terbatas).
“Kita tidak harus mencari kambing hitam siapa yg salah dan benar. Tapi jadikan masalah ini sebagai alat menyatukan sebuah persepsi, pemahaman dan kekompakan dalam memperhatikan siswa, sehingga terwujud kolaborasi yang utuh dri semua steakholder dilingkungan tersebut,” jelasnya.
Secara prinsip, sebut ketua PGRI yang kini bertugas di struktural itu, sangat berterima kasih kepada seluruh pemangku kebijakan di Kuningan yang kompak dan konsisten memperhatikan dunia pendidikan.
Meski belakangan ini terbilang kecolongan, Pipin menyebut pemangku kebijakan konsisten dan kompak, sehingga tercipta hubungn harmonis antara disdikbud, sekolah, dan masyarakat.
Termasuk, kata Pipin, rekan-rekan guru yang sangat tangguh dalam mengabdi di masa pandemi ini. (Eki)