KUNINGAN (MASS) — Langit pagi di Lapangan Sukaraja, Kecamatan Ciawigebang, menjadi saksi awal kebangkitan semangat baru di tubuh Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama (Banser). Selama tiga hari, 24–26 Oktober 2025, Satuan Koordinasi Rayon (Satkoryon) Ciawigebang menyelenggarakan Pendidikan dan Latihan Dasar (Diklatsar) Banser.
Kegiatan pembukaan berlangsung khidmat. Hadir dalam kesempatan itu Penjabat Sekretaris Daerah Kabupaten Kuningan sekaligus Kasatkorcab Banser Kuningan, Dr. Wahyu Hidayah, M.Si., didampingi Ketua MWC NU Ciawigebang, Ust. Syihabudin Abdulloh, S.Pd.I., serta jajaran pengurus Ansor dan Banser setempat.
Pada sambutannya, Dr. Wahyu Hidayah menegaskan, menjadi Banser bukan sekadar mengenakan seragam atau bergabung dalam organisasi. Lebih dari itu, Banser adalah panggilan jiwa dan bentuk pengabdian suci kepada tanah air.
“Banser itu panggilan jiwa. Setelah baiat nanti, sahabat-sahabat akan mengucapkan janji yang konsekuensinya bersifat spiritual. Kalimat semoga Allah menghukum saya jika melanggar bukan sekadar ucapan, melainkan ikrar kesetiaan untuk berkhidmat seumur hidup,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan, tidak semua peserta Diklatsar akan bertahan lama di medan pengabdian. Hanya mereka yang memiliki komitmen dan ketulusan yang akan terus berdiri tegak dalam barisan.
“Kalau bukan karena panggilan jiwa, sebanyak apa pun pelatihan diadakan, hanya segelintir yang bertahan. Banser tidak dilatih untuk gagah-gagahan, tapi untuk menjaga ulama, mempertahankan nilai Aswaja, dan menjadi benteng moral bangsa,” tegasnya lagi.
Sebagai Kasatkorcab Banser, Wahyu menyoroti peran strategis Banser yang kini semakin kompleks. Ia menekankan, Banser bukan sekadar pasukan pengamanan acara, melainkan garda terdepan penjaga marwah Nahdlatul Ulama dan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah.
“Banser bukan hansip, bukan pula sekuriti. Mereka adalah penjaga peradaban dan persatuan umat. Jika ada pihak yang mencoba menebar perpecahan, maka Banser memiliki tanggung jawab moral untuk meluruskannya dengan cara yang santun dan berkeadaban,” katanya.
Lebih jauh, Dr. Wahyu menggambarkan visi Banser masa depan yang tidak hanya aktif di bidang keagamaan, tetapi juga menjadi motor penggerak pembangunan sosial, ekonomi, dan lingkungan.
“Saya ingin Banser hadir di berbagai lini kehidupan, dari pertanian, lingkungan, hingga pemberdayaan masyarakat. Banser harus menjadi energi positif yang menebar manfaat luas bagi umat dan bangsa,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua MWC NU Ciawigebang, Ust. Syihabudin Abdulloh, menyampaikan apresiasi atas antusiasme para peserta yang rela meninggalkan kenyamanan demi mengikuti pelatihan tersebut. Ia berharap Diklatsar kali ini menjadi wadah lahirnya kader Banser yang tangguh, disiplin, dan berakhlak.
“Diklatsar bukan hanya latihan fisik, tetapi proses pembentukan karakter. Kami berharap para peserta menjadi kader yang militan, loyal, dan ikhlas menjaga ulama serta mengamalkan nilai-nilai Aswaja,” ucapnya. (argi)









