KUNINGAN (MASS) – Pemilu kampus merupakan bagian penting dari praktik demokrasi di lingkungan perguruan tinggi. Tidak hanya menjadi ajang memilih pemimpin organisasi mahasiswa, namun juga menjadi wadah pembelajaran nilai-nilai demokrasi, keterbukaan, dan partisipasi.
Akhir-akhir ini sejumlah perguruan tinggi menghadapi tantangan dalam pelaksanaan pemilu. Salah satu isu yang mencuat seperti kurangnya transparansi, minimnya partisipasi pemilih, intervensi dapat meragukan integritas demokrasi tersebut.
“Pemilu di lingkungan kampus seharusnya menjadi tempat pembelajaran demokrasi yang nyata. Bila prosesnya tidak dapat dipercaya, nilai-nilai pendidikan politik akan sulit tertanam,” ujar Adi Dimyati, Mahasiswa Universitas Islam Al-Ihya Kuningan, Senin (28/7/2025)
Adi menekankan pentingnya keterbukaan dalam proses pemilihan. Menurutnya, semua tahapan dilakukan secara transparan.
“Kami ingin semua proses, dari pendaftaran calon hingga penghitungan suara, dilakukan secara transparan dan dapat diakses mahasiswa,” tambahnya.
Menurutnya, sejumlah pengamat kampus menyatakan bahwa tahapan pemilu diselenggarakan secara demokratis, mulai dari pembentukan panitia, hingga proses pemungutan suara.
Lebih lanjut Adi mengungkapkan, peran rektorat dan petinggi kampus dapat menciptakan suasana yang netral serta mendukung kebebasan berorganisasi tanpa tekanan.
“Kami ingin kampus menjadi ruang tumbuhnya pemimpin muda yang jujur dan berintegritas,” tegasnya.
Adi menegaskan prinsip demokrasi perguruan tinggi perlu dijaga agara tercipta generasi pemimpin mahasiswa yang adil dan bertanggung jawab. (didin)
