KUNINGAN (MASS) – Sengaja saya buka narasi soal Kabupaten Kuningan ini dengan judul dari Kabupaten Seremonial sampai Kabupaten Termiskin karena berangkat dari sinilah kegelisahan kami para kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Kab. Kuningan menilai kota tercinta Kabupaten Kuningan. Bukan tanpa alasan kami menilai Kuningan sebagai kabupaten ceremonial dan kabupaten termiskin, ini berdasarkan apa yang Pemerintah Kabupaten Kuningan suguhkan kepada kami bagian daripada masyarakat.
Kejengkelan kami sudah lama terpendam dan hanya berhenti dalam ruang ruang diskusi internal, maka dalam ruang media ini kami sampaikan kritik terhadap jalannya roda pemerintahan periode Bapak Acep-Ridho ini. bagaimana tidak, sudah terlalu banyak aktivis dan tokoh Kuningan yang menyebut bahwa Kuningan ini telah mengalami banyak degradasi kualitas dalam banyak sector, bahkan Kuningan juga akan mendekati kabupaten dengan zona merah terlama di Jawa Barat.
Saya melihat Kabupaten Kuningan ini sudah melenceng dari visi dan misi yang sudah dijanjikan dan ditetapkan di awal kepemimpinan. Ini akan menjadi omong kosong ketika visi besar yaitu Kuningan Maju Berbasis Desa namun tak terlihat program realisasi dari visi misinya di desa-desa. Salah satu analisa sederhana kami yaitu bisa dilihat dari aktivitas Pemda di websitenya, betapa mirisnya saya ketika melihat dari 50 berita aktivitas terakhir itu kebanyakan Menghadiri, Meresmikan dan Mendampingi.
Maka jangan salahkan masyarakat jika banyak yang menilai kabupaten ceremonial. Kegiatan seperti itu seharusnya bukan menjadi prioritas pemda Kuningan, terkecuali “carper” ini dibutuhkan jika Pak bupati akan mencalonkan lagi periode depan. Tapi ini juga akan menjadi tamparan keras ketika kunjungan-kunjungan bupati ini tidak berimbas pada peningkatan kualitas dibeberapa sector di desa-desa.
Mari kita berbicara amanat pembangunan jangka panjang yaitu mewujudkan Kabupaten Kuningan sebagai kabupaten Agropolitan dan Pariwisata Termaju di Jawa Barat tahun 2025 dan Melihat realitas yang terjadi hari ini saya kira ini hanya akan menjadi sekedar harapan saja. Ditambah terpaan Covid-19 ini semakin membuat arah pembangunan banyak bergeser. Maka dipandang perlu pemda mengajak banyak akademisi dan tokoh untuk berbicara rumusan ulang bagaimana program dari implementasi visi misi ini tercapai.
Ini akan sangat berdampak pada visinya yaitu pembanggunan kawasan perdesaan berbasis pertanian, wisata, budaya dan potensi local. Dimana tantangan dewasa ini salahsatunya di bidang pertanian yaitu sulit mencari SDM petani di Kuningan dan ditambah lahan produktif pertanian yang semakin mengecil, saya juga kecewa ketika ngomongin data masih menggunakan konsep ABS di sector pertanian. Potensi wisata juga ini menjadi kegalauan bersama, disisi SDA kita sudah baik namun dalam sisi pengelolaan yang saya juga mendapat curhatan dari pelaku wisata belum banyak mendapat sentuhan maksimal.
Mungkin banyak yang akan menilai miring terhadap kritikan kami juga, mana solusinya? mana gagasannya atau kenapa tidak sampaikan langsung?. Yaa, sebelum kritik ini dirilis kami sudah melayangkan permintaan untuk diskusi menyampaikan gagasan kami seputar permasalahan yang ada di Kabupaten Kuningan ini, mungkin karna bapak bupati sibuk kunjungan maka beberapa kali permintaan pertemuan kami lewat ajudan tidak diindahkan. Saya kira juga pak bupati tidak menginginkan menemui kami di jalan sambil menghitung jumlah kader PMII Kuningan hari ini karena alasan covid.
Pada akhirnya kita kembali lagi harus banyak mendoakan agar para pemimpin kita dapat melalui masa-masa sulit ini dengan baik dan dapat kembali ke jalur rel yang tentu arahnya untuk kemajuan Kabupaten Kuningan, PMII siap mendukung segala bentuk program yang dirancang oleh pemda dalam rangka penumbuhan ekonomi rakyat dan kami juga siap menjadi mitra diskusi pemerintah.***
Penulis: Dzikri Caesar (Ketua PMII Kuningan)