JAKARTA (MASS) – Di tengah geliat pertumbuhan ekonomi dan dinamika politik yang terus bergerak, Indonesia saat ini menghadapi tantangan sekaligus peluang besar. Perekonomian nasional menunjukkan ketahanan di tengah gejolak global, meskipun di sisi lain, tantangan seperti fluktuasi mata uang, pemulihan pasca pandemi, dan kebutuhan memperkuat ketahanan pangan menjadi sorotan utama.
Pemerintah berupaya menggenjot sektor-sektor unggulan, mulai dari industri manufaktur, pariwisata, hingga inovasi teknologi. Upaya tersebut sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045 yang menempatkan kolaborasi internasional sebagai salah satu pilar strategis. Kerja sama bilateral menjadi semakin penting, terutama dengan mitra-mitra strategis seperti Tiongkok yang memiliki peran signifikan dalam peta ekonomi global.
Suasana optimisme pun mengemuka. Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, Indonesia menegaskan komitmennya untuk menjalin kemitraan produktif dan inklusif. Dengan latar belakang inilah, penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Indonesia dan Tiongkok bertempat di Istana Merdeka, Jakarta pada Minggu (25/5/2025) menjadi momentum krusial untuk membuka jalan menuju kerja sama yang lebih kuat dan berkelanjutan.
Dilansir dari laman Indonesia.go.id, penandatanganan yang disaksikan langsung oleh Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, dan Premier Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Li Qiang, menegaskan komitmen kedua negara untuk memperkuat kerja sama lintas sektor.
Kesepakatan tersebut meliputi berbagai bidang utama. Salah satu yang menjadi sorotan yaitu MoU antara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI dan Kementerian Perdagangan RRT terkait penguatan kerja sama industri dan rantai pasok. Selain itu, disepakati pula MoU trilateral bersama Pemerintah Provinsi Fujian dalam proyek Two Countries Twin Parks.
Di sektor keuangan, Bank Indonesia dan People’s Bank of China menyepakati pembentukan kerangka kerja sama transaksi bilateral menggunakan mata uang lokal. Langkah itu diharapkan memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia dan mengurangi ketergantungan pada mata uang asing.
Sementara itu, sektor kesehatan juga menjadi perhatian. Dua MoU ditandatangani antara Kementerian Kesehatan RI dan mitra Tiongkok, mencakup pengobatan tradisional Tiongkok dan upaya penanggulangan tuberkulosis. Sektor pariwisata juga turut diperkuat lewat kerja sama antara Kementerian Pariwisata RI dan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RRT.
Salah satu poin unik dari kesepakatan itu yakni protokol ekspor durian beku dari Indonesia ke Tiongkok. Kesepakatan tersebut melibatkan otoritas karantina kedua negara untuk memastikan standar mutu dan keamanan produk.
Kerja sama media juga menjadi bagian penting dari MoU itu, dengan LKBN ANTARA, China Media Group, dan Xinhua News Agency menandatangani nota kesepahaman. Selain itu, terdapat pula kesepakatan investasi antara Danantara dan China Investment Corporation, serta penguatan relasi bisnis antara KADIN dan Kamar Dagang Tiongkok di Indonesia.
Presiden Prabowo Subianto menegaskan, kesepakatan tersebut merupakan langkah nyata menuju kemitraan strategis komprehensif yang menguntungkan kedua negara.
“Indonesia dan Tiongkok berkomitmen memperluas kolaborasi lintas sektor dan menjawab tantangan global bersama,” ujarnya.
Kunjungan resmi Premier Li ke Indonesia, seperti yang dilaporkan oleh BPMI Setpres, menandai komitmen kedua negara untuk memperluas kolaborasi lintas sektor dan menghadirkan kemitraan yang produktif, inklusif, serta adaptif terhadap perkembangan global.
Premier Li Qiang juga menekankan pentingnya sinergi kedua negara untuk masa depan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
“Kami ingin memastikan kerja sama ini memberikan manfaat nyata bagi rakyat kedua negara,” tambahnya. (argi)
