KUNINGAN (MASS) – Indonesia butuh bensin turbo agar ekonominya ngebut ke level tertinggi. Danantara hadir sebagai senjata pamungkas yang digadang-gadang bisa mengatrol pertumbuhan hingga 8 persen. Dengan modal raksasa Rp14 ribu triliun dan deretan nama elite dunia di belakangnya, mampukah Danantara jadi pendorong ekonomi atau justru jadi raksasa yang lamban?
Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) diharapkan menjadi game changer bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, mendorong laju pertumbuhan dari 5 persen menuju 8 persen. Keberadaan lembaga itu dianggap krusial untuk merealisasikan visi Indonesia Emas 2045, dilansir dari Indonesia.go.id.
Presiden Prabowo Subianto memberikan nama Daya Anagata Nusantara yang mencerminkan investasi berorientasi masa depan dengan manfaat berkelanjutan di sektor ekonomi, infrastruktur, dan sosial.
Danantara akan mengelola dana investasi dalam bentuk sovereign wealth fund guna mendukung pembangunan infrastruktur, energi terbarukan, teknologi, dan industri strategis. Lembaga itu bertindak sebagai super holding bagi tujuh BUMN besar, termasuk BRI, Mandiri, BNI, Telkom, Pertamina, PLN, dan Mind ID, serta Lembaga Pembiayaan Indonesia (INA). Total aset yang dikelola diperkirakan mencapai lebih dari Rp14 ribu triliun. Ke depan, seluruh BUMN secara bertahap akan berada di bawah naungan Danantara.
CEO Danantara Rosan Roeslani menyatakan, penyusunan kepemimpinan melibatkan head hunter global untuk memastikan profesionalisme tim.
“Kami ingin memastikan kepemimpinan Danantara berisi individu yang kompeten dan memiliki dedikasi tinggi bagi bangsa,” ujarnya dalam acara Meet The Team Danantara.
Beberapa tokoh asing yang masuk dalam Dewan Penasihat Danantara antara lain Ray Dalio (pendiri Bridgewater Associates), Thaksin Shinawatra (mantan PM Thailand), Jeffrey Sachs (ekonom dari Harvard University), dan F. Chapman Taylor (manajer portofolio Capital Group).
Di jajaran Dewan Pengarah terdapat dua mantan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo. Sementara itu, Dewan Pengawas diketuai oleh Menteri BUMN Erick Thohir dengan anggota seperti Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan mantan Deputi Gubernur BI Muliaman Hadad. Helman Sitohang, seorang bankir senior dengan pengalaman global, menjadi satu-satunya anak bangsa di jajaran Dewan Pengawas.
Pengumuman kepemimpinan Danantara awalnya membuat IHSG turun 1,55 persen ke 6.161,11. Namun, dalam dua hari, IHSG kembali naik 3,35 persen ke 6.444, mencerminkan optimisme investor.
Menurut Kepala Riset Bahana Sekuritas, Satria Sambijantoro, keberadaan Danantara dapat menghilangkan ketidakpastian politik di pasar modal. Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan, pelemahan IHSG lebih dipengaruhi faktor eksternal dibanding fundamental ekonomi nasional.
Danantara menerapkan tata kelola ketat dengan struktur eksekutif mencakup CEO, CIO, COO, serta Komite Pengawasan dan Akuntabilitas yang terdiri dari Ketua BPK, BPKP, KPK, PPATK, Jaksa Agung, dan Kapolri.
Nama-nama profesional yang mengisi posisi kunci di antaranya Robertus Bilitea sebagai Direktur Pelaksana Bidang Legal dan Arief Budiman sebagai Direktur Pelaksana Bidang Keuangan. Muhammad Al-Arief, mantan eksekutif Bank Dunia, ditunjuk sebagai Kepala Komunikasi Strategis Danantara. (argi)
