KUNINGAN (MASS) – Selain Nyandak Pare dan Mesek Pare, Pagelaran Damar Sewu menjadi pembuka rangkaian Seren Taun Paseban Tri Pancatunggal tahun 2025 yang digelar di Cigugur, Kabupaten Kuningan.
Tradisi penyulutan api atau damar sewu menjadi simbol obor yang dinyalakan akan menerangi di dalam keadaan gelap artinya itu menggambarkan ketika mendapatkan suatu wejangan, ibaratkan kita yang ada dalam keadaan gelap akan diterangi oleh obor yang akan memberikan penerangan.
Hal tersebut disampaikan oleh sesepuh sunda wiwitan, Abah Subrata bahwa filosofis damar sewu tersebut ibarat bintang yang memberikan penerangan ke seluruh alam semesta.
“Jadi leluhur saya menggambarkan damar sewu itu bagaikan bintang di langit yang besar, yang kecil itu semuanya pada terang pada mengeluarkan sinar cahaya yang jernih dan murni,” ungkapnya, Sabtu malam (14/6/2025).
Ia menambahkan bahwa tujuan dari Seren Taun adalah sebagai wujud sikap umat manusia yang berketuhanan untuk senantiasa beretika dan menghormati Tuhan Yang Maha Kuasa.
“Tujuan dari Seren Taun itu selaku umat manusia yang berketuhanan harus beritika kepada yang maha kuasa,” lanjutnya.
Kata Abah Subrata, Seren Taun di Cigugur memiliki perbedaan dengan Seren Taun yang dilakukan oleh masyarakat adat di luar Cigugur. Di Cigugur, Seren Taun berfungsi sebagai perekat seluruh umat manusia yang memiliki beragam keyakinan, adat, dan budaya. Ia menekankan bahwa selain sebagai tontonan, Seren Taun juga mengandung tuntunan yang bernilai.
“Seren Taun di sini lain lagi, berbeda dengan seren taun masyarakat adat lokal di luar Cigugur, kalau di Cigugur seren taun itu sebagai pelekat, pelekat dari seluruh umat manusia yang beraneka ragam keyakinan adat dan budaya. Karena selain tontonan, yang utama itu tuntunan,” tuturnya.
Kegiatan dihadiri langsung oleh Wakil Bupati Kuningan, Tuti Andriani SH MKn. Ia menyampaikan harapannya, agar upacara Seren Taun tetap dilestarikan sebagai bagian dari adat dan budaya di Kabupaten Kuningan. Selanjutnya, pemerintah dapat memberikan dukungan penuh terhadap kegiatan tersebut.
“Kurang lebih dua minggu yang lalu adanya kedukaan di mana pangeran Jati Kusumah dipanggil pulang menghadap ilahi, tentunya acara ini dilaksanakan sederhana mungkin, tetapi tidak mengurangi makna dari seren taun,” harapnya. (rizal/mgg)