Connect with us

Hi, what are you looking for?

Kuningan Mass
Penulis: Maun Kusnandar/Ciremai Resilience Initiative. (Foto: dok Maun)

Netizen Mass

Ciremai dalam Taruhan: Menggugat Kebijakan Kepala Balai TNGC di Tengah Ancaman Bencana DAS

KUNINGAN (MASS) – Di balik podium ruang jumpa pers, Senin (23/12/2025), Kepala Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC), Toni Anwar, S.Hut, memaparkan statistik yang sekilas tampak sebagai prestasi: tutupan lahan diklaim naik dari 53% menjadi 80%. Namun, paparan ini justru memicu gelombang tanya dari publik. Di tengah klaim keberhasilan tersebut, alarm bencana hidrologi di wilayah Ciayumajakuning justru berbunyi lebih kencang, mengungkap jurang antara angka birokrasi dan realitas ekologi.

Mempertanyakan Integritas Kebijakan Balai

Publik kini mulai menyoroti arah kebijakan yang diambil oleh Kepala Balai TNGC. Poin yang paling krusial adalah sikap “netralitas” Balai terhadap proyek strategis seperti geothermal. Pertanyaannya: Apakah Balai TNGC berfungsi sebagai benteng perlindungan hutan, atau sekadar fasilitator regulasi bagi kepentingan investasi?

Sikap netral ini dianggap sebagai ancaman bagi fungsi hidrologis Ciremai. Jika Kepala Balai hanya bersandar pada legalisme formal bahwa proyek tersebut “dimungkinkan secara regulasi”, maka prinsip kehati-hatian (precautionary principle) telah diabaikan. Publik membutuhkan Kepala Balai yang berani menyatakan “lampu merah” secara ekologis jika sebuah proyek mengancam ketersediaan air tanah, bukan sosok yang hanya memastikan proses berjalan sesuai aturan administratif.

Pemkab Kuningan: Terjepit Mandat Pusat

Dalam pusaran isu ini, Pemerintah Kabupaten Kuningan seringkali menjadi sasaran kritik yang salah alamat. Penting bagi publik untuk menyadari bahwa seluruh otoritas pengelolaan Gunung Ciremai berada di tangan BTNGC di bawah Kementerian LHK, bukan Pemkab Kuningan.

Secara administratif, Pemkab Kuningan tidak memiliki kewenangan untuk mengatur zonasi, menghentikan eksploitasi di puncak, maupun mengintervensi kebijakan internal Balai. Adalah sebuah ketidakadilan jika Pemkab Kuningan dipaksa memikul beban moril dan dampak sosial dari kebijakan hulu yang diputuskan di tingkat pusat. Kuningan saat ini berada di posisi sulit: memiliki tanggung jawab menjaga warga, namun tidak memiliki kunci atas “keran” air di gunungnya sendiri.

Krisis Hilir: Drainase Kolaps dan Bom Waktu Sampah

Namun, menatap ke arah gunung saja tidak cukup. Di wilayah hilir, krisis diperparah oleh kolapsnya tata kelola perkotaan di Cirebon dan Indramayu.

Infrastruktur Usang: Sistem drainase di wilayah hilir dinilai telah mencapai batas maksimalnya. Dimensi saluran yang ada tidak lagi sanggup menampung debit air yang meningkat akibat perubahan iklim dan kiriman dari hulu.

Sampah dan Budaya Masyarakat: Perilaku membuang sampah ke sungai dan selokan menjadi penyumbat utama. Tanpa pembenahan di sektor ini, sebagus apa pun perlindungan di hulu, banjir akan tetap menjadi keniscayaan karena air tidak memiliki jalur keluar yang bersih menuju laut.

Dampak Nyata: Miliaran Rupiah Menguap

Bencana ini bukan sekadar statistik genangan, melainkan hantaman telak bagi ekonomi regional. Estimasi kerugian ekonomi akibat banjir di Ciayumajakuning bisa mencapai miliaran rupiah setiap musim hujan, meliputi gagal panen ribuan hektare sawah, kerusakan infrastruktur jalan, hingga lumpuhnya logistik nasional di jalur Pantura.

Kesimpulan: Menuntut Keberanian Kepala Balai

Publik kini menagih keberanian Kepala Balai TNGC untuk lebih dari sekadar melaporkan kenaikan tutupan lahan secara visual. Ada tiga tuntutan besar yang menjadi perhatian:

Transparansi Perjanjian (PKS): Balai harus membuka rincian komitmen dengan pihak ketiga/korporasi secara transparan. Jangan ada data yang ditutupi di balik narasi kemitraan.

Audit Kualitas Hijau: Membuktikan bahwa 80% tutupan lahan tersebut benar-benar hutan penyerap air, bukan sekadar tanaman permukaan yang tidak mampu mencegah run-off.

Tanggung Jawab Pusat: Mendesak kementerian terkait untuk memberikan kewenangan pengawasan lebih besar kepada daerah, agar Pemkab Kuningan tidak hanya menjadi penonton saat keselamatan warganya dipertaruhkan oleh kebijakan hulu yang ambigu.

    Ciremai adalah benteng terakhir kehidupan Jawa Barat bagian timur. Jika Kepala Balai TNGC lebih memilih “aman secara politik” daripada “tegas secara ekologis”, maka masa depan jutaan warga di hilir yang akan menjadi taruhannya.

    Penulis: Maun Kusnandar/Ciremai Resilience Initiative

    Advertisement
    Advertisement

    Berita Terbaru

    Advertisement

    You May Also Like

    Insiden

    KUNINGAN (MASS) – Banjir yang menimpa sebagian wilayah Cirebon dan diasosiasikan limpahan dari Gunung Ciremai karena berada di hilir/bawah gunung, tidak diamini begitu saja...

    Headline

    KUNINGAN (MASS) – Pengamat kebijakan publik sekaligus warga lereng Gunung Ciremai, H Abidin SE menyayangkan terjadinya banjir besar di Cirebon, yang ditenggarai kiriman dari...

    Headline

    KUNINGAN (MASS) – Anak buah Menteri Kehutanan Republik Indonesia (Menhut RI) Raja Juli Antoni, justru terlihat dalam aksi unjuk rasa ke Balai Taman Nasional...

    Headline

    KUNINGAN (MASS) – Sejumlah massa aksi melakukan unjuk rasa di depan kantor Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNG) Kabupaten Kuningan, Rabu (10/12/2025) siang. Dalam...

    Desa

    KUNINGAN (MASS) – Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) menyatakan dukungannya terhadap upaya penataan tata kelola pemanfaatan air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Cipager,...

    Desa

    KUNINGAN (MASS) – Rencana pengelolaan sumber mata air Curug Cimangkok di kawasan Palutungan, Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, kembali menuai sorotan. Warga setempat...

    Ragam

    KUNINGAN (MASS) – Menyikapi fenomena mulai banyaknya tugu di puncak Gunung Ciremai, Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) menyatakan bahwa jalur pendakian seperti Apuy...

    Nasional

    KUNINGAN (MASS) – Bupati Kuningan Dr H Dian Rachmat yanuar M Si, baru saja menemui langsung Menteri Kehutanan RI,  Raja Juli Antoni, di Jakarta,...

    Ragam

    KUNINGAN (MASS) – Kepala Saksi (Kasi) 1 Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), Ade Kurniadi Karim, memberikan penjelasan terkait pengelolaan perizinan pemanfaatan air yang berada...

    Desa

    KUNINGAN (MASS) – Kepala Seksi PTN Wilayah I Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), Ade Kurniadi Karim, memberikan tanggapan terkait permasalahan pemanfaatan air di wilayah...

    Pemerintahan

    KUNINGAN (MASS) – Sebanyak kurang lebih 35 restoran yang berada di Kecamatan Cigugur, terindikasi tidak memiliki izin pemanfaatan air dan mereka pun tidak bekerjasama...

    Headline

    KUNINGAN (MASS) – Sepanjang tahun 2023 kemarin, kebakaran lahan di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) mencapai 177 hektare. Hal itu diungkap Kepala Balai...

    Headline

    KUNINGAN (MASS) – PWNU Jawa Barat bersama sejumlah banom NU, mendesak Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) untuk menindak aksi penyadapan getah pinus secara...

    Headline

    KUNINGAN (MASS) – Pasca dinyatakan tidak ada lagi titik api pada Minggu (27/8/2023) lalu sekitar pukul 17.00 WIB, pada hari berikutnya, Senin (28/8/2023) kemarin...

    Headline

    KUNINGAN (MASS) – Kebakaran yang melanda lahan di kawasan Gunung Ciremai, terus meluas sejak Jumat (25/8/2023) lalu. Area terbakarnya, bahkan meluas pada hari berikutnya...

    Headline

    KUNINGAN (MASS) – Kawasan hutan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) mengalami kebakaran hari ini, Jumat (25/8/2023). Lokasinya, mulai dari Blok Batu Kuda wilayah Desa...

    Pemerintahan

    KUNINGAN (MASS) – Seorang aktivis pecinta alam, Maman Mejique, dari AKAR (Aktivitas Anak Rimba) berbicara mengenai nasib daerah Palutungan kedepannya pada Podcast Kuninganmass, Senin...

    Headline

    KUNINGAN (MASS) – Pasca ribut-ribut dengan paguyuban KTH (Kelompok Hutan Tani), Balai TNGC dipanggil untuk menghadiri undangan Sekda, Kamis (6/4/2023) kemarin. Pertemuan itu, dikakukan...

    Headline

    KUNINGAN (MASS) – Kawasan Gunung Ciremai, akan memiliki penghuni baru. Ada sebanyak 7 satwa baru mulai dari Landak Jawa (Hysterix javanica) 1 ekor, Kukang...

    Headline

    KUNINGAN (MASS) – Pada Minggu (25/9/2022) kemarin, kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai kembali mengalami kebakaran. Yang terbakar, adalah Blok Cileutik, Blok Manguntapa, Blok Jalan...

    Ragam

    KUNINGAN (MASS) – Nampaknya setelah satu bulan lalu dilepasliarkan pada 5 Maret 2022 kemarin, Macan Tutur Jawa Betina yang dinamai Rasi, mulai percaya diri...

    Pemerintahan

    KUNINGAN (MASS) – Mantan ketua pansus DPRD Kuningan perihal Evaluasi Taman Nasional Gunung Ciremai, Dede Sembada mempertanyakan tindaklanjut dari rekomendasi yang telah dikeluarkannya dulu....

    Pemerintahan

    KUNINGAN (MASS)- Momen peringatan Hari Lahir Pancasila terasa istimewa bagi Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Pasalnya, tim monitoring menemukan lahirnya seekor elang jawa...

    Headline

    KUNINGAM (MASS) – Babinsa Desa Parung Koramil 1502/Kadugede, Sertu Much Jamaludin bersama petugas gabungan melaksanakan patroli pengamanan di wilayah Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC),...

    Pemerintahan

    KUNINGAN (MASS) – Bicara soal Tahura dan TNGC, Julkarnaen salah satu anggota DPRD Kabupaten Kuningan, hanya tersenyum sembari menyebut tidak tahu. Jul yang sejak...

    Headline

    KUNINGAN (MASS) – Setelah Rabu terjadi kebakaran, musibah yang  sama kembali terjadi  Jumat (11/9/2020) pada pukul 17.30 WIB di blok Pajaten, Desa Padabeunghar Kecamatan...