KUNINGAN (MASS) – Pengamat kebijakan publik sekaligus warga lereng Gunung Ciremai, H Abidin SE menyayangkan terjadinya banjir besar di Cirebon, yang ditenggarai kiriman dari wilayah utara Ciremai.
“Dengan adanya kejadian banjir dari wilayah utara ke Cirebon, harus dijadikan pembelajaran,” kata Abidin, Rabu (23/12/2025).
Ia kemudian memgingat apa yang terjadi beberapa puluh tahun ke belakang. Dimana pada tahun 1982, pernah terjadi banjir bandang besar yakni di jalur irigasi Sanghyang Talaga Majalengka yang menelan korban ratusan nyawa hilang.
Belum lagi kejadian di jalur irigasi Cipager, yamg menelan kerugian ratusan hektar sawah, ratusan ternak sapi kerbau babi, ludes oleh banjir bandang.
Adalgi jalur irigasi Cilengkrang, yang kerugiannya hampir sama, memgakibatkan ratusan hektar sawah Kecamatan Kramatmulya rusak. Juga membuat petani ikan rugi besar karena kolamnya terdampak.
“Untuk wilayah utara (ke Cirebon) tidak ada banjir pada waktu itu karena hutannya utuh. Wilayah Cilengkrang Cipager atau Sanghyang itu memang gundul hutannya dan ditanami sayuran, pada akhirnya banjir,” kata H Abidin.
Seiring waktu, kata H Abidin, tepat sekali Pemerintah Kabupaten Kuningan mengusulkan daerah konservasi, yaitu dengan terlembaganya Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC). Abidin juga mulanya percaya, untuk konservasi, harus dilembagakan.
“Maksudnya (ada lembaga konservasi) biar tidak terulang tahun 82, dan disitu ada nota kesepakatan antara Kuningan dan TNGC yang disaksikan DPRD Banmus (tahun 2007). Isinya tidak ada penggudulan hutan, ada juga penanaman tanaman keras yang bisa dimanfaatkan seperti alpukat, jambu kristal dan lain-lain. Tidak boleh ada penebangan,” sebut H Abidin, yang saat itu menjabat anggota Dewan.
Sekarang, kata Abidin, peruntukkannya audah salah dan di luar MoU. Maka tak heran timbul banjir. Apalagi saat ini juga ada penyadapan liar. Dimana nantinya, pohon pinus 10 tahun kedepan kering dan mati, padahal baru bisa menumbuhkan pohon kokoh lagi 30 tahun kedepan. Dan ini akan berpengaruh pada penyerapan air.
“Kesuksesan BTNGC itu ukurannya hanya dua. Kalo musim hujan tidak banjir, kalo musim kemarau tidak kekeringan baik untuk pertanian maupun konsumsi masyarakat,” jelasnya sembari mengatakan, salah peruntukan dengan kedok pemberdayaan.
“Sekarang malah ada banjir bandang. (Artinya) Ada tata kelola tidak baik. Dan menurut saya sebagai Ini kegagalan, oknum pegawai TNGC harus ditangkap dan diadili, udah ga bener,” sebut H Abidin. (eki)












