KUNINGAN (MASS) – Siang itu, di Jalan Raya Manislor Jalaksana. Seorang bapak paruh baya terlihat mendorong gerobaknya menyusuri pinggir jalan.
Terpampang di pinggir gerobak, tulisan cukup besar dan kentara yang diprint diatas kertas putih, Cilok Ayam Bumbu Kacang Kuah.
Lelaki itu adalah Pak Wawan, lelaki asal Manis yang memang sudah dua tahunan ini berdagang cilok bumbu kacang, atau bumbu kuah.
Wawan adalah lelaki berusia 35 tahun, sehari-hari berjualan dengan mendorong gerobaknya dari Manislor ke Maniskidul.
Cerita sekilas itu, kuninganmass.com simpulkan dari obrolan yang tidak terlalu lama, saat menunggu cilok disiapkan.
“Dari jam delapan pagi, sampai maghriban lah di jalan,” sebutnya siang itu, Kamis (7/1/2021) siang.
Cilok, atau yang biasa dianalogikan sebagai makanan ‘aci dicolok’ ini, memang jajanan yang lumrah dan umum sudah sangat sejak lama.
Karena hal itu pulalah, ternyata Wawan memilih juakan cilok, meninggalkan usaha lamanya menjual bakso ikan, yang disebutnya musiman. Padahal sudah cukup lama pula, sekitar 6 tahun.
“Awalna rame, (tapi makin lama, red) teu signifikan,” imbuhnya dalam bahasa Sunda.
Cilok yang dijualnya itu, sesuai namanya, Cilok Ayam, tentu terbuat dari campuran ayam. Bumbunya kita bisa pilih sendiri, bisa bumbu kacanang atau bumbu kuah.
Keduanya punya sensasi beda. Tapi memiliki keserupaan. Cilok di siang hari, terutama saat perut mulai berteriak, bisa menjadi pilihan pengganjal perut. (eki)