KUNINGAN (MASS) – Dimulai saat aku patah hati, kau hadir seperti oase di tengah padang pasir, seakan kau adalah jawaban dari do’aku selama ini.
Apa kau masih ingat? Saat pertama kita bertemu, kita saling malu dan lugu di acara itu, lalu kita sering bertemu bertukar cerita dan masa lalu, aku jatuh cinta saat itu, aku tak ragu memilihmu.
Apa kau masih ingat? Saat kita berdua menantang dunia, kita tertawa menangis bersama, ku bawa kau kehadapan orang tuaku begitupun sebaliknya saat itu aku semakin yakin aku tidak memilih orang yang salah.
Apa kau masih ingat? Saat kita di Bekasi, kota tempat orang tuamu mencari rezeki, andai kau tahu!! Saat itu aku semakin mantap memilihmu, namun saat itu pendidikan menjadi alasan kita untuk saling berjanji bahwa setelah ini selesai kita akan menuju jenjang yang lebih tinggi.
Sebuah mimpi yang aku harap jadi kenyataan, aku begitu semangat membuat skripsi, sembari aku membayangkan indah hidup denganmu hingga tua nanti.
—————
Namun, Tuhan punya rencana lain, dunia belum menunjukan kejamnya, aku selalu kalah bersaing di dunia kerja, tapi kau selalu ada kau selalu menguatkan ku dengan kata-katamu “mungkin itu bukan rezekimu” .
Apa kau masih ingat? Kita bersama saling memberi support, saat kau punya masalah yang begitu besar aku berdiri di depanmu, memberanikan diri bicara pada orang tuamu meskipun saat itu aku juga takut sepertimu.
Ah!! saat itu memang indah, namun di penguhujung tahun ini aku berbuat salah, aku belum bisa melamarmu dan kata-kataku yang begitu menyayat hatimu, aku hanya bisa minta maaf padamu, aku sungguh menyesal.
Malam itu aku bingung, aku begitu takut kehilanganmu, hingga aku pergi ke kota yang biasa kita singgahi, kota tempat orang tuamu mencari nafkah.
Aku bersimpuh meminta maaf kepada orang tuamu, aku sadar aku salah atas apa yang ku ucap kala itu, aku hanya bisa meminta maaf, malam itu aku tiba pukul 00.00 di bekasi, hingga 1/3 Malam di bekasi aku hanya bisa menangis dan minta maaf kepada bapak-mu.
—————
Di 1/3 malam itu, tidak ada titik temu, yang ada hanya jawaban untukku menjauh dari kehidupanmu, aku bingung kala itu, aku berjalan seperti seorang pecundang, tanpa arah dan tujuan aku bingung harus kemana malam itu, kau tak tau betapa bingungnya aku saat itu.
Di pagi hari ibumu mengirimi aku pesan, pesan yang membuat aku hancur dan tak tau harus apa, ibu mu bilang kau akan dijodohkan dengan anak temannya, semuanya seakan berhenti, sampai detik ini aku hanya bisa menangis atas semua kesalahan yang aku perbuat, aku menyesal, aku minta maaf!! Atas semua yang aku lakukan padamu dan keluargamu.
Setelah itu entah apa yang terjadi aku tak tau, yang aku ingin katakan saat ini adalah aku minta maaf, aku menyesal atas perbuatanku, semoga kau paham aku masih takut kehilanganmu.
Cerpen ini ditulis oleh : Rizky Naufal Adilah