KUNINGAN (MASS) – Wabah corona yang kian memakan korban serta diterapkannya pembatasan sosial memaksa para sebagian warga bertahan di tempat perantauan. Hal itu juga yang kini dialami Eva fauzziah, salah satu warga Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan yang merantau di Bekasi.
Eva mengaku kini dirinya merasa sedih, selain karena rindu keluarga di kampung halaman, dirinya juga merasa terjebak di perantauan tanpa aktifitas yang jelas karena kebijakan kantornya yang meliburkan karyawan.
“Pokona sedih, nya kan kerja henteu, uih teu tiasa,” ujarnya pada kuninganmass.com Selasa (14/4/2020) malam.
Perempuan yang kini tinggal di perantauan bersama adiknya tersebut, menngaku libur pekerjaan membuatnya tak memiliki penghasilan, karena kebijakan di tempatnya bekerja yang dibayar perhari kerja. “Berat hidup disini, bahan pangan kan harus dibeli kalo disini,” imbuhnya menjelaskan.
Lebih lanjut, Eva juga bercerita kini harus makan seadanya. Eva mengaku saat ini lebih sering makan dengan telor dan mie, padahal mie yang dikonsumsi terlalu banyak tidak terlalu baik bagi tubuh.
“Seadanya, da kamana mana teu tiasa, warung sayur tutup, nu jualan keliling teu aya,” jelasnya dalam bahasa Sunda.
Keinginannya untuk bertemu keluarga di kampung halaman sebenarnya sangat besar. Namun dirinya mengaku ada beberapa kendala termasuk pembatasan travel yang membuat kendaraan umum ke tempatnya sangat jarang, sekalipun masih ada, biaya yang ditetapkan sangat mahal.
Dari informasi yang dihimpun kuninganmass.com dari cerita perantau, harga travel yang biasa mengantar Kuningan – Jabodetabek biasanya di harga 150.000 untuk sekali jalan. Namun, akibat pembatasan ini, harga yang ditetapkan sampai dua kali lipat.
Meski begitu, Eva mengaku akan berusaha memanfaatkan libur bekerja akibat pembatasan sosial sesuai arahan pemerintah. Dirinya mengaku akan menghabiskan waktu di tempatnya tinggal di Bekasi.
“Mau dimanfaatkan isolasi mandiri disini aja, mungkin rebahan sesuai perintah, atau baca novel,” tuturnya. (eki)