KUNINGAN (MASS) – Selain pedagang dadakan menjelang Agustusan, fenomena dagang ngampar di pingir jalan sebenarnya cukup banyak.
Yang dijual bisa apa saja, kadang perabotan, aksesoris kendaraan, helm, sendal atau pakaian.
Bahkan hingga perabota rumah. Kadang, sudah dijual pinggir jalan, harganya pun terbilang rendah.
Kuninganmass.com mewawancarai salah satunya, ada Dodo yang kesehariannya berjualan keranjang, ember/baskom atau perabotan rumah tangga.
Di keranjang, biasanya dipasang harga termurah dengan tulisan ‘menantang’. Tulisannya, obral Rp 20ribu.
Dodo sendiri selama setahun terakhir ini sering berjualan di Jalan Desa Kapandayan Ciawigebang, pinggir jalan dekat makam (setelah jembatan dari arah Oleced ke Ciawigebang).
“Di dieu saminggu sakali atau dua kali a, biasana Salasa atau Jumat,” terangnya Selasa (3/8/2021) siang.
Dodo sendiri merupakan pedagang asli Majalengka. Dia, bersama rombongan datang ke Kuningan sesuai jadwal.
Biasanya, satu mobil rombongan disebar sampai 7 titik. Dengan berjualan di jalan peluang dapar rupiah lebih cepat.
“Namana jualan kadang aya kadang henteu,” sebutnya lagi.
Dodo, dengan ramah dan penuh senyum bercerita cukup banyak sambil sesekali tetap melayani pelanggan.
“Ah iya, obral Rp 20 ribu itu beneran berlaku hanya untuk barang yang ditempeli, keranjang. Perabot, beda lagi harganya, tergantung bahan tapi masih sangat terjangkau,” sebutnya.
Dodo bercerita, dalam berjualan memang kadang tidak bisa ditebak. Kadang tidak laku, itupun dianggap biasa.
“Untungnya satu rombongan bisa disebar 7 titik. Semacam jadi subsidi silang,” ujarnya berjualan di pinggir jalan resikonya besar bisa ke seruduk kendaraan sehingga kerap was-was.
Doso sendiri, sebelumnya sama berjualan barang. Tapi mengisi di titik Cilimus. Namun setahun ini, karena titik pangkal Ciawi-nya kosong, dia yang mengisi.
Sembari tetap ceria dan ramah, Dodo terlihat seru melayani pembeli. Kadang laki-laki muda yang tak pandai menawar. Kadang ibu-inu yang pandai meminta harga rendah. Semua dilayaninya sama.
(Eki)