KUNINGAN (MASS) – Di usianya yang baru menginjak 18 bulan, Fayyola Chaira Nadifa harus menerima kenyataan bahwa jantung miliknya mengalami kebocoran. Putri dari pasangan Imam Akmaludin dan Yeyet Khairiyah itu didiagnosis oleh dokter mengidap penyakit jantung bawaan (PJB).
Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah kelainan pada struktur dan fungsi jantung yang ditemukan sejak bayi dilahirkan. Kelainan pada jantung ini sering dikenal juga dengan sebutan jantung bocor.
Ayah Fayyola yang merupakan warga Desa Rajadanu, Kecamatan Japara ini mengatakan bahwa anaknya mulai menunjukan gejala yang tidak biasa saat ia berusia 4 bulan. Saat itu, berat badan Fayyola tidak menunjukan adanya perkembangan, bahkan cenderung naik turun di angka 4-5 kilogram.
Khawatir dengan kondisi anaknya, ia kemudian membawa Fayyola ke bidan desa untuk diperiksa. Bidan desa yang tidak dapat mengetahui penyebabnya kemudian merujuk Fayyola untuk diperiksa di RS Wijaya Kusumah. Namun setelah dua kali control ke RS Wijaya, dokter belum menemukan adanya kelainan pada jantung Fayyola.
“Dari usia 4 bulan tuh berat badan si dede gak naik-naik antara 4 kilo sampai 5 kilo terus, mau jalan ke 5 bulan dibawa ke bidan desa, kata bidan desa disuruh dibawa ke spesialis anak, dibawa ke RS Wijaya Kusumah. Tapi di Wijaya sudah dua kali control belum juga kedeteksi PJB-nya,” kata Imam Akmaludin kepada Kuninganmass, Jumat (1/9/2023).
Tidak puas, Imam kemudian membawa anaknya ke Puskesmas. Saat diperiksa disana, detak jantung dan pernapasan Fayyola terlihat tidak normal sehingga Puskesmas merujuknya ke RS Mandala Kuningan di Lingggarjati. Namun ternyata, pihak RS Mandala menyatakan Fayyola harus masuk ruang PICU (Pediatric Intensive Care Unit). Sayangnya, RS di Kuningan yang memiliki fasilitas ruang PICU hanya RS Permata, sehingga Fayyola dipindahkan lagi ke RS Permata.
“Di Puskes dilihat detak jantung sama pernapasannya beda sama anak-anak yang lain. Jadi dirujuk lagi ke RS Mandala Linggarjati, disana ternyata harus masuk ruangan PICU, sementara di Kuningan kan hanya ada di Permata, dirujuk lah lagi ke RS Permata, awalnya belum kedeteksi PJB-nya cuman pneumonia, lalu dirawat disana seminggu. Sudah pulang ke rumah belum ada perubahan juga, nagis terus, berat badan juga tetep aja gak ada perubahan,” lanjutnya.
Setelah beberapa kali kontrol, dokter di RS Permata menyatakan bahwa jantung Fayyola mengalami pembengkakan. Kemudian Fayyola dirujuk lagi ke RS Hasna Medika, disana ia menjalani ekokardiografi (metode pemeriksaan jantung melalui gelombang suara ultra). Setelah menjalani ekokardiografi, Fayyola dinyatakan mengidap penyakit jantung bawaan (PJB).
Berdasarkan pemeriksaan di RS Hasna Medika, Fayyola mengidap PJB berjenis ASD (Atrial Septal Defect). ASD merupakan salah satu jenis dari penyakit jantung bawaan (PJB) yang mengalami kebocoran darah antara kedua serambi jantung karena adanya lubang pada sekat serambi jantung.
“Itu dirontgen juga, kata dokter anak di Permata tuh jantung anak seperti ada pembengkakan katanya, nah dirujuk ke RS Hasna di Cigugur. Disana harus cek echo (ekokardiografi), kata dokter disana emang ada kelainan jantung bawaan, nah itu (jenisnya) ASD,” jelas Imam.
Dirujuk ke RS Al Islam Bandung dan RSCM Jakarta
Setelah mengetahui bahwa anaknya mengidap PJB, Imam dan Yeyet istrinya kemudian membawa Fayyola ke Rumah Sakit Al Islam Bandung sesuai dengan rujukan dari RS Permata Kuningan. Di Al Islam, Fayyola menghabiskan waktu satu tahun pergi-pulang setiap tiga bulan sekali untuk kontrol.
Setelah menjalani kontrol selama satu tahun, Fayyola kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo di Jakarta Pusat karena berat badannya sudah dianggap siap untuk menjalani operasi.
“Sudah kontrol terus ke Al Islam Bandung tiga bulan sekali sampe setahun. Kalau kemarin karena berat badannya sudah bisa untuk dioperasi, jadi dirujuk ke RS Cipto Mangunkusumo (RSCM),” kata Imam. (hafidz)