KUNINGAN (MASS) – Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Kuningan Asep Z Fauzi memberikan kiat-kiat yang harus ditempuh para calon anggota legislatif agar terpilih. Ia membeberkan hal itu dalam Podcats Kuninganmass pada Senin (21/8/2023).
Asep Z Fauzi mengatakan bahwa dalam kontestasi politik, tidak harus terpaku pada nilai elektabilitas atau popularitas seorang calon pemimpin itu. Menurutnya, terkadang ada orang yang dalam survei mendapatkan elektabilitas yang tinggi, tapi pada faktanya tidak terpilih, begitupun sebaliknya.
“Iya kita kan sering denger ada survey-survei penelitian data tingkat popularitas atau tingkat elektabilitas. Sejatinya kan proses kontestasi demokrasi elektoral itu kan pertarungan elektabilitas, keterpilihan. Nah ukurannya kan kadang-kadang seseorang dapat terpilih karena populer, karena popularitas itu tinggi maka harapan untuk meraup elektabilitas itu lebih tinggi. Tapi ternyata sesudah dicek di lapangan, misalnya melihat deretan nama yang terpilih di DPRD, kadang-kadang dia tidak pernah disurvei, tidak pernah diteliti, tidak diketahui nilai popularitasnya berapa, tapi faktanya kan terpilih. Ada yang sudah sangat popular karena dia misalnya memegang jabatan-jabatan strategis, tetapi ternyata tidak terpilih.
Walaupun begitu, ia mengatakan bahwa hal ini kasuistik, tidak semuanya seperti itu dan hanya dalam beberapa kasus saja. Menurutnya, popularitas seorang calon pemimpin harus tetap dibangun, dengan catatan popularitas dalam hal positif.
“Tapi kasuistik, ga semuanya seperti itu, tapi paling tidak kan ukurang-ukuran treknya kan bisa dilihat. Ketika ingin keterpilihannya tinggi maka dibangun popularitas, hanya popularitas itu juga kan persepsinya harus positif, artinya dikenal karena kebaikan-kebaikannya, ya kebaikan itu bisa berupa gagasan, bisa berupa program, atau bisa berupa sepak terjang selama ini,” lanjutnya.
Lebih lanjut, Asep Z Fauzi mengatakan bahwa program Podcast Kuninganmass bisa menjadi lahan para calon untuk membangun popularitas dan kepercayaan masyarakat terhadapnya. Menurutnya, Podcast Kuninganmass bisa menjadi ajang untuk mempresentasikan program-program yang akan dibawa para calon jika terpilih nanti.
“Nah model-model begini, panggung-panggung seperti ini (Podcast Kuninganmass) ini kesempatan emas untuk menunjukan kompetensi seseorang, paling tidak dari aspek bagaimana dia mempresentasikan program. Jadi artinya, ketika ingin dipilih, maka dia harus bisa meyakinkan pemilih. Soal keyakinan apa yang harus dibangun kan bergantung apa yang dibutuhkan pemilih. Ada pemilih yang lebih senang ‘oh ini ngomongnya bagus’ sehingga menarik untuk dipilih misalnya kan gitu. Ada mungkin orang ga seneng memilih orang yang banyak ngomong tapi lebih seneng memilih yang banyak kerjanya. Tapi itu juga kan kasuistik karena tidak semua pemilih memiliki karakteristik yang sama. Tapi kan bisa kita identifikasi,” ujarnya.
Menurutnya, proses meyakinkan masyarakat untuk memilih tidak harus selalu di lapangan, dengan melalui edukasi-edukasi berupa pencerahan dan teori di media massa juga harus dilakukan sehingga literasi pemilih pun dapat terbangun.
“Idealnya proses edukasi itu tidak hanya dilakukan secara praktis di lapangan, tapi juga berupa pencerahan-pencerahan, teori-teori sehingga literasi pemilih juga terbangun. Ini yang ideal, yang sempurna, ngomongnya enak didengar, kerjanya juga kelihatan kan gitu. Lalu apakah muka-muka baru ruang untuk meyakinkannya lebih sempit daripada yang sekarang duduk di parlemen? Saya rasa tidak. Karena sesungguhnya ruang pengabdian di masyarakat itu cukup luas tersedia, bergantung pilihan kita yang bagaimana,” lanjutnya.
Lebih lanjut, Asfa (sapaan akrab Asep Fauzi) mengatakan bahwa hal paling penting yang harus dimiliki wakil rakyat itu adalah konsistensi. Bagaimana ia konsisten sejak proses meyakinkan masyarakat sampai pada saat ia selesai menjabat, apa yang dulu ia yakinkan kepada masyarakat harus ia tunjukan saat sudah duduk di parlemen bahkan sampai selesai menjabat nanti.
“Tentu ini kan soal pertanggungjawaban sosial ketika wakil rakyat terpilih berdasarkan pemilhan umum, bagaimana dia menunjukan apa yang dulu selama ini diyakinkan kepada masyarakat, kan itu aja. Jadi konsistensi itulah yang harus dia rawat, selama misalnya belum masuk parlemen dia pegiat sosial ya ketika masuk parlemen tetep sebagai pegiat sosial juga,” ucapnya. (hafidz)
Video : https://www.youtube.com/live/eEEGYCo9BtE?si=6B3ok_plY5_mCDjN