KUNINGAN (MASS) – Kabupaten Kuningan tengah menunjukkan geliat pembangunan yang patut diapresiasi. Di tengah tantangan fiskal dan kompleksitas pembangunan wilayah, Kuningan terus bergerak melalui berbagai terobosan kebijakan dan kolaborasi lintas sektor.
Salah satu capaian penting adalah keberhasilan Kuningan meraih peringkat kedua dalam ajang Penghargaan Pembangunan Daerah (PPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2025. Capaian ini merupakan hasil penilaian dari tiga indikator utama: kinerja pencapaian pembangunan, kualitas perencanaan, dan program unggulan daerah. Dengan skor 7,46, Kuningan hanya terpaut tipis dari Kabupaten Bandung (7,64), menjadikan prestasi ini sebagai bukti keseriusan pemerintah daerah dalam merancang dan mengeksekusi pembangunan yang berdampak nyata bagi masyarakat.
Tak berhenti di sana, prestasi lainnya diraih melalui keberhasilan Bupati Kuningan dalam mendapatkan hibah alat pertanian dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Bantuan yang diterima meliputi 2 unit traktor roda 4, 5 unit traktor roda 2, mesin panen modern (combine harvester), pompa air, hand sprayer, serta benih padi dan jagung untuk ribuan hektare lahan pertanian. Bantuan ini tidak hadir begitu saja, tetapi merupakan hasil dari pendekatan langsung, komunikasi aktif, serta keseriusan pemerintah daerah dalam memperjuangkan kebutuhan riil para petani.
Prestasi lainnya, Pemerintah Kabupaten Kuningan berhasil menyelesaikan negosiasi strategis dengan Pemerintah Kota dan Kabupaten Cirebon terkait penyesuaian tarif kompensasi pemanfaatan air. Persoalan yang sebelumnya buntu selama lebih dari satu tahun akhirnya bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Hasilnya, Kuningan berhasil memperoleh tambahan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp4 miliar, yakni Rp2 miliar dari Kota Cirebon dan Rp2 miliar dari Kabupaten Cirebon. Langkah diplomatis ini mencerminkan kepemimpinan yang solutif dan berorientasi pada hasil nyata, bukan sekadar seremonial.
Semua itu tak lepas dari ikhtiar Bupati Kuningan yang aktif melakukan silaturahmi ke sana kemari, memperkenalkan Kuningan ke berbagai kementerian, lembaga, dan mitra strategis. Bukan sekadar kunjungan seremonial, tetapi menjadi bagian dari upaya lobi pembangunan dan diplomasi anggaran demi menghadirkan program nyata untuk masyarakat.
Namun di balik berbagai capaian tersebut, tantangan pembangunan masih membayangi. Salah satunya adalah kondisi keuangan daerah yang belum sepenuhnya pulih, sehingga perlu manajemen fiskal yang lebih efektif, efisien, dan transparan. Keseimbangan antara kebutuhan pembangunan dan kapasitas anggaran menjadi titik krusial yang harus dijaga.
Di sisi lain, masih banyak wilayah yang memerlukan perhatian khusus, terutama dalam hal infrastruktur dasar seperti jalan, air bersih, dan layanan kesehatan. Peningkatan kualitas pendidikan dan layanan publik juga harus menjadi prioritas agar pembangunan tidak hanya bersifat simbolik, tetapi benar-benar dirasakan oleh masyarakat akar rumput.
Sektor ekonomi lokal seperti UMKM, pertanian, dan pariwisata memiliki potensi besar, tetapi belum sepenuhnya tergarap optimal. Salah satu aset strategis yang membutuhkan perhatian adalah Kebun Raya Kuningan – taman botani terbesar di Indonesia, dengan luas lebih dari 150 hektare. Potensi ekowisata, konservasi, dan edukasi lingkungan dari kebun raya tersebut sangat besar, namun pengelolaannya masih membutuhkan penguatan manajerial dan sinergi investasi lintas sektor.
Selain Kebun Raya, Kuningan juga memiliki potensi pariwisata alam dan budaya lainnya yang tidak kalah menjanjikan. Sebut saja Taman Nasional Gunung Ciremai, gunung tertinggi di Jawa Barat yang menjadi daya tarik utama bagi para pendaki serta penggiat wisata alam. Kawasan ini juga penting dalam menjaga ekosistem dan sumber mata air untuk wilayah sekitarnya.
Dari sisi budaya, Kuningan memiliki kekayaan lokal seperti upacara adat Seren Taun, seni Goong Renteng, serta kuliner tradisional seperti peuyeum ketan, ketempling, dan lainnya, yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi produk ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal.
Sementara itu, UMKM di Kuningan terus tumbuh dengan produk unggulan seperti kerajinan bambu, batik khas daerah, serta olahan makanan tradisional. Tantangannya kini terletak pada akses permodalan, digitalisasi, dan penetrasi pasar, sehingga intervensi kebijakan yang tepat dan berpihak menjadi kebutuhan mendesak agar UMKM bisa naik kelas dan bersaing di pasar nasional.
Dalam konteks itulah, sinergi menjadi kata kunci. Pemerintah daerah tidak dapat bekerja sendiri. Dibutuhkan kolaborasi aktif antara DPRD, dunia usaha, akademisi, komunitas lokal, hingga masyarakat umum. Kemajuan daerah bukanlah hasil kerja satu pihak, tetapi buah dari kerja bersama yang terarah dan saling memperkuat.
Kuningan memiliki semua potensi untuk melesat. Tapi potensi hanya akan menjadi angka dan wacana bila tidak diiringi oleh kemauan kolektif untuk bekerja sama, membangun dengan data, dan menata masa depan dengan strategi.
Karena itu, butuh sinergi yang kuat agar Kuningan benar-benar melesat, tidak hanya dalam penghargaan, tetapi juga dalam kehidupan nyata masyarakatnya.
Oleh: Dedy Setiawan, Ketua STAI Kuningan
