KUNINGAN (MASS) – Satu lembaga yang sudah eksis sejak 2017 lalu, kembali unjuk gigi. Kasus yang jadi fenomena di Kuningan bakal diteliti oleh lembaga tersebut. Beberapa diantaranya soal tingginya angka bunuh diri dan Kuningan masuk daerah termiskin kedua di Jabar.
Lembaga tersebut menamai dirinya Kuningan Institute (KI). Dulu pernah melakukan survei elektabilitas kandidat jelang Pilkada 2018. Kini, risetnya merambah banyak sektor mulai sosial, sampai rencana riset sejarah Kuningan.
“Sebenarnya ada dua kasus yang penting kita kaji itu. Pertama tingginya angka bunuh diri dan tingginya angka kemiskinan. Kita akan teliti apakah ada korelasinya atau tidak,” ujar Direktur Eksekutif Kuningan Institute, Agus Kusman.
Agus bersama 4 manajernya kini menempati struktur KI. Garapannya lebih kepada basis data dan berbagai kegiatan yang bersifat mengedukasi masyarakat Kota Kuda. Agenda terdekat yang hendak digelar yakni Kursus Politik.
“Tanggal 2-3 Februari mendatang kami akan adakan kursus politik. Kaum muda yang ingin mendalami politik akan kami wadahi lewat kursus tersebut,” tandas pria yang tengah studi pascasarjana di Jakarta itu.
Titik tekan KI, lanjut Agus, mencari solusi sebagai sumbangsih bagi daerah kelahiran. Segala sektor kehidupan akan menjadi lahan garapan, terutama kajian kesejarahan Kuningan.
Menurut Agus, sejarah Kuningan masih belum banyak digali. Padahal berdasarkan hasil pengamatannya cukup banyak orang Kuningan yang sukses di luar daerah. Tidak sedikit dari orang luar yang menyebut kakak kepada orang Kuningan.
“Ada apa sebenarnya dengan Kuningan? orang Banten saja menyebut ‘kakak’ kepada orang Kuningan. Selain itu banyak orang Kuningan yang menjadi orang penting di luar daerah, termasuk di ibu kota,” ungkap Agus.
Bukan hanya itu, imbuh dia, presiden pertama Ir Soekarno dulu memilih Linggajati sebagai tempat perundingan. Hal-hal itulah yang membuatnya tertarik untuk mengkaji historis Kuningan secara mendalam.
“Kalau melihat historis dan banyaknya orang Kuningan yang sukses, mestinya Kuningan jadi daerah terkaya, bukan termiskin. Dan angka bunuh diri juga mestinya tidak ada,” tandasnya.
Pernyataan tersebut Agus ungkapkan dalam jumpa pers yang digelar di Kafe 24 Kopi Ancaran. Legalitas lembaga sampai program kerja ia utarakan selama 2 jam. (deden)