KUNINGAN (MASS) – Aliansi Mahasiswa Kabupaten Kuningan menyampaikan kekecewaan sekaligus kritik keras terhadap Bupati Kuningan, Dian Rachmat Yanuar MSi, yang tidak hadir dalam agenda audiensi di gedung DPRD Kuningan pada Senin (8/9/2025).
Perwakilan Mahasiswa, Firgy Ferdansyah, menilai ketidakhadiran Bupati menunjukkan lemahnya komitmen pemerintah daerah dalam merespons aspirasi rakyat.
“Audiensi bukan sekadar seremoni formal, melainkan ruang deliberatif untuk mempertemukan suara rakyat dan respons konkret pemegang kekuasaan. Ketidakhadiran Bupati dalam forum ini adalah simbol absennya kesungguhan pemerintah dalam merespons dinamika sosial politik yang berlangsung,” tegas Firgy.
Ia menyebut hal tersebut merupakan cerminan lemahnya komitmen terhadap prinsip partisipasi, akuntabilitas dan keterbukaan yang seharusnya menjadi fondasi utama dalam tata kelola pemerintahan yang demokratis.
Menurutnya, sebagai kepala daerah, Bupati memiliki tanggung jawab konstitusional dan moral untuk hadir ketika rakyat memanggil.
“Ketika suara publik terutama yang diwakili mahasiswa dan elemen masyarakat sipil justru diabaikan, maka ini menjadi indikator nyata krisis kepemimpinan dan kebuntuan komunikasi antara penguasa dan yang dikuasai,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Firgy menegaskan bahwa ketidakhadiran Bupati merupakan bentuk pembiaran atas aspirasi rakyat dan penghinaan terhadap proses demokrasi partisipatif.
“Kealpaan ini bukan sekedar pelanggaran etik, tetapi juga mencerminkan ketidakmampuan dalam memimpin secara visioner dan responsif,” tuturnya.
Firgy menyebut sikap diam dari ruang diskusi publik justru memperkuat jurang ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah. Mereka mendesak Bupati Kuningan untuk segera memberikan penjelasan resmi terhadap publik.
“Kami menuntut Bupati Kuningan untuk segera memberikan penjelasan resmi secara terbuka kepada publik, serta menunjukan itikad baik dengan membangun ruang dialog yang substansif dan berkelanjutan dengan elemen masyarakat,” jelasnya.
Menurutnya, jika tuntutan tersebut tidak segera dipenuhi, aliansi mahasiswa mengancam akan menggelar aksi jilid II dengan massa yang lebih besar di depan gedung Bupati.
“Jangan salahkan kami jika kami datang ke gedung bupati dengan jumlah massa yang lebih banyak lagi atau aksi jilid II,” tegasnya.
“Kepemimpinan bukan tentang kenyamanan jabatan, tetapi keberanian menghadapi kritik dan mendengar suara rakyat. Suara rakyat adalah suara Tuhan,” tutup Firgy. (didin)