KUNINGAN (MASS) – Kondisi yang mengharuskan siswa belajar di rumah menjadi kesempatan emas bagi ayah bunda mengenal lebih jauh karakter/gaya belajar sang anak. Jika sebelumnya setiap hari ayah bunda cuma memberi uang jajan dan hanya mengetahui hasil akhir belajar sang anak tanpa mengetahui prosesnya.
kini mau tidak mau harus ikut terlibat dalam proses pembelajaran, minimalnya ayah bunda ikut serta mengawasi dan mengevaluasi proses belajarannya. Sekalipun pembelajaran masih dilakukan dengan (daring) pembelajaran jarak jauh. Ayah bunda tetap harus memantau proses belajar anak.
Dengan jarak jauh seperti ini para guru tidak bisa memantau secara maksimal seperti halnya pembelajaran di kelas.
Dalam kondisi seperti ini ayah bunda menjadi kunci keberhasilan pembelajaran anak di rumah. Bagaimana tidak, hampir seharian penuh anak-anak ada dalam pengawasan orangtua. Saatnya ayah bunda meluangkan waktunya dari kesibukan dan aktivitas untuk menemani anak belajar.
Sekalipun tidak membutuhkan peran orang tua, kita mesti mendekati dia ajak komunikasi dan bantu yang kita mampu dan tanyakan apa kesulitannya, apa ada kendala, apa yang harus bunda bantu, apa yang harus bunda siapkan.
Hal yang demikian jika terus dilakukan akan membentuk stimulus pada anak, anak akan merasakan kehadiran orangtua, anak akan merasakan kepedulian orangtua. Sekalipun anak kita sudah bisa dan sudah pandai jangan dibiarkan begitu saja, jangan dicuekin begitu saja bunda.
Dalam jurnalnya Retno Ambaryanti menyatakan bahwa “intelegensi anak akan berkembang ke tingkat yang lebih tinggi, bila sikap di rumah terhadap anak hangat dan demokratis bukan dingin dan otoriter.” Makna serupa juga dijelaskan dalam buku Prophetic Parenting (Cara Nabi Mendidik Anak) Ibnu Qayyim mengatakan “sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh anak-anak adalah perhatian besar orang tua terhadap perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Rasulullah-pun memberikan suri teladannya kepada kita, sebagaimana dalam shiroh nabawi diceritakan, Rasul sangat senang bermain dengan cucunya, Hasan dan Husein dalam beberapa kesempatan menemainya bermain dan belajar hingga keduanya menjadi pribadi yang agung nan soleh.
Hal yang terpenting bagi ayah bunda adalah harus mengetahui karakter belajar anak kita. Ada anak yang satu kali penjelasan dia langsung paham, ada juga yang harus dijelaskan beberapa kali anak baru paham. Dan harus diperhatikan oleh ayah bunda adalah ada anak kalau belajar harus sambil mendengarkan musik.
Lalu, ada anak kalau belajar harus sambil liat/nonton video materinya, ada juga anak kalau belajar tidak mau diam dikit-dikit bangun ke kamar mandi, bangun lagi ke depan. Ayah bunda jangan heran dan jangan marah-marah, itu adalah kelebihan anak-anak kita, itu adalah seninya dalam belajar, karakternya dalam belajar. Banyak sekali manfaat yang dirasakan oleh anak ketika adalam dalam perhatian dan kepedulian orang tua.
Penulis merangkum dalam tiga manfaat orang tua mendampingi belajar anaknya. Pertama, terjalinnya Ikatan Emosional anak dan orang tua. Adanya kedekatan emosional anak dan orang tua adalah fondasi utama dalam perkembangan seorang anak.
Ayah bunda yang intens menjaga kedekatan emosi dengan anak secara tidak langsung akan membentuk karakter, kepribadian dan kecerdasan anak. Anak akan merasa ada temannya untuk diajak berbicara dan sharing perihal aktivitasnya terlebih dalam hal belajar.
Pola yang harus diterapkan adalah mengalah sedikit dari kesibukan untuk mendampingi anak belajar. Dengan adanya pertanyaan dan perhatian orang tua terkait proses pembelajarannya, anak merasa diakui dan dihargai.
Kesalahan terbesar orang tua ketika merasa anak baik-baik saja, tanpa dibantu anak bisa ko dan senang-senang saja. Padahal dalam teorinya rangkulan emosional terus berlanjut hingga anak dewasa. Cara pendekatan orang tua-pun berbeda antara masa anak-anak, remaja dan dewasa.
Kedua, mengetahui Perkembangan Belajar Anak. Dalam sebuah pepatah Arab mengatakan “Al-Ummu madrosatul uula” (ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya). Pepatah tersebut secara tersirat mengatakan bahwa kesuksesan belajar seorang anak ada ditangan bunda.
Dalam sejarah Islam tidak sedikit diceritakan banyak para anbiya dan tokoh Islam lahir berkat didikan seorang Ibu. Kesempatan yang sangat berharga bagi bunda untuk melihat sejauh mana anak-anak memahami dan menguasai materi pembelajaran selama ini.
Nilai-nilai mata pelajaran yang selama ini didapat dari sekolah akan bunda ketahui ketika bunda ikut serta mengawasi perkembangan belajar anak. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, macam gaya dan karakter belajar anak yang berbeda akan mempengaruhi pula terhadap hasil atau nilai yang didapatkan.
Ketiga, mengetahui Kelebihan Potensi Anak. Salah satu manfaat ketika orang tua sering mendampingi belajar anak adalah dapat mengukur dan mengetahui kompetensi yang dimilik anak. Bunda akan memahami bidang apa yang mendominasi kompotensi/kemampuan anak kita.
Dalam teori pembelajaran semua anak itu pintar dan semuanya istimewa. Seperti yang dikatakan Munif Chatib dalam bukunya “Sekolahnya Manusia” dalam teorinya yang disebut multiple Intelegence (kecerdasan majemuk).
Artinya setiap anak mempunyai kepintaran yang beragam, ada yang pintar dalam musik, seni, olahraga, keterampilan berbicara, tulisan, sains, komunikasi dan bahasa. Ketika bunda pernah atau sering melihat anak kita mengalami kesulitan dalam mata pelajaran tertentu kuncinya dua, jangan dimarahi dan terus dimotivasi bund.
Sering ditemui oleh penulis ketika anak mengalami kesulitan dalam mapel tertentu orang tuanya malam memarahi atau membentaknya, ini kesalahan yang fatal.
Jika bunda sudah mengenal dan memahami kompetensi yang dimiliki anak kita, tugas bunda adalah mengarahkan anak sesuai bakatnya sesuai keinginannya jangan memaksakan kehendak orang tua. Pada dasarnya seorang anak selalu merindukan sentuhan dan kasih sayang orang tuanya dengan berbagai cara.
Termasuk kepeduliannya dalam kebutuhan pokok yakni belajar, belajar adalah sumber kesuksesan dan kebahagiaan oleh karena itu meluangkan waktu untuk menemaninya bak kucuran semangat dahaga dalam kehausan. Bunda, jangan cuekin aku.***
Penulis: Sopian Asep Nugraha, M.Pd
Pegiat Literasi