KUNINGAN (MASS) – Aktivis muda sekaligus mantan pengurus KNPI, Genie, menyoroti fenomena Pilkada 2024 yang notabene akan banyak melibatkan generasi baru. Generasi milenial dan generasi Z, kata Genie, kerap kali menjadi sasaran empuk dalam pemilu serta pilkada, tidak terkecuali pilkada di Kabupaten Kuningan.
“Tidak heran, karena 47 persen hampir 50 persen dari total DPT 895.041 hasil pleno KPU 2023 untuk Pemilu 2024 yang diperebutkan berasal dari generasi muda yang akan menjadi ceruk berharga bagi cabup dan cawabup yang berkontestasi,” kata Genie, Rabu (4/9/2024).
Pertanyaannya, lanjut Genie, apakah aspirasi generasi penerus bangsa ini akan benar-benar didengarkan, ataukah hanya dianggap sebagai ‘komoditas’ untuk mencapai kursi kepemimpinan tertinggi di Kabupaten ini? Ironisnya, banyak pemilih muda yang belum begitu peduli apa itu politik secara ideologis. Kebanyakan mereka masih melihat politik dari sudut pandang dampak atau segi praktis dan pragmatis.
Lebih jauh, ia menjelaskan harusnya cabup/cawabup bahkan tim pendukungnya harus terjun langsung ke lapangan untuk menjangkau kalangan muda. Dengan begitu, diharapkan akan lebih banyak aspirasi yang akan didengar langsung atau disampaikan.
“Milenial dan GenZ ingin visi, misi, gagasan dari sosok cabup dan cawabup untuk Kuningan itu bisa diterima oleh semua kalangan bukan hanya satu kalangan, yang mana berarti mereka mendapat sumber daya yang bisa menghasilkan keselarasan,” tuturnya.
Genie berpendapat, tingkat kesetaraan yang dicapai dapat membuka ruang untuk berdialog yang lebih produktif. Dengan demikian anak-anak muda dapat memahami, mengkritisi, dan mengikuti perkembangan kebijakan yang diusulkan cabup dan cawabup.
Genie juga meyakini langkah tersebut akan bisa menjangkau semua kalangan anak muda, dan diharapkan bisa membuat generasi muda ini tidak lagi apatis atau tidak peduli terhadap politik di tanah air khususnya di Kuningan.
Jadi, jika paslon Cabup dan Cawabup berencana untuk meraih suara yang signifikan, disarankannya untuk memahami karakteristik generasi Milenial dan GenZ ini, lalu mencari cara bagaimana Anda bisa masuk di alam pikiran mereka.
“Bukan hanya sekedar membangun citra diri yang penuh gimmick seolah-olah paling memahami dan mengerti serta paling dekat dengan generasi Milenial dan GenZ,” tandasnya. (eki)