CIDAHU (MASS) – Aksi unjuk rasa turunkan Kades Jatimulya, Nuryadi, Selasa (17/4/2018), disebabkan masalah dugaan serong atau perselingkuhan. Meski warga tidak mengantongi bukti, namun itu sudah jadi rahasia umum setelah istri kades mendatangi kantor desa sambil membawa pisau.
“Waktu itu bu kuwu ngamuk-ngamuk ke bendahara desa di balai desa, sambil bawa pisau. Dari situlah warga jadi tahu dan yakin ada dugaan perselingkuhan antara kuwu dengan bendaharanya,” tutur Yayan Piyul (41), pendemo yang terlihat vocal dalam dialog.
Tak heran jika yang dituntut menyangkut moral bejad, seperti coretan di spanduk. Selain moral, imbuh Yayan, masyarakat juga menilai kadesnya tidak bermasyarakat. Seperti tidak menghadiri pemakaman warganya, lalu pilih-pilih saat menghadiri hajatan warganya.
“Padahal dia bisa duduk jadi kuwu itu bukan hanya dipilih sama orang kaya kan. Jadi seharusnya bukan hanya orang kaya yang didatangi,” ketusnya.
Menurut Yayan, keresahan di kalangan warga Jatimulya bukan hanya terjadi sekarang. Ini sudah berlangsung cukup lama, bahkan sudah mendatangi kantor kecamatan.
“Ini yang ketigalinya. Yang pertama saya tidak tahu. Yang kedua saya juga ikut ke kantor kecamatan. Dan sekarang meledak. Mungkin kalau kuwu tidak turun sekarang, massa akan turun lebih banyak lagi,” ungkap dia.
Yayan menyayangkan, Kades Nuryadi tidak mengakui perbuatannya. Meski di hadapan ketib desa pun, ia dinilai oleh Yayan tidak jujur.
Untuk itu, sudah menjadi harga mati meminta agar Nuryadi lengser dari jabatannya. Ketimbang desa tidak kondusif, maka pemerintah kecamatan dan kabupaten diminta lebih memikirkan masa depan Desa Jatimulya. (deden)