KUNINGAN (MASS) – Kaum muda bisa diibaratkan kaum yang masih dalam pencarian jati diri. Dimana kaum muda terdiri generasi milenial dan zilenial. Rentang usianya antara 10-40 tahun. Mereka masih berada pada posisi yang suka akan kebebasan, apalagi kebebasan berperilaku dan berpendapat.
Nampak sekali, ketika K-Pop asal Korea, Blackpink menggelar konser di Stadion Gelora Bung Karno, pada tanggal 11-12 Maret 2023. Konser ini merupakan bagian dari Blackpink World Tour (Born Pink). Penonton yang hadir saat itu lebih dari 70.000 orang dari berbagai daerah. Mereka rela membeli tiket dengah harga mahal demi bertemu sang idola.
Tak hanya itu, kaum muda rela mengeluarkan finansial lebih untuk lain-lainnya, seperti biaya transportasi menuju GBK, makanan, minuman, hotel untuk penonton dari luar Jakarta, juga aneka aksesori khas Blackpink. Tetapi, semua itu terbayarkan ketika bisa masuk GBK dan berjumpa langsung dengan idola.
Fenomena ini sungguh memprihatinkan karena menunjukkan budaya hedonisme telah menyerang kaum muda yang notebene-nya generasi penerus peradaban. Banyak dari penonton yang mayoritas muslimah, tetapi tidak menutup aurat, bahkan bercampur baur antara laki-laki dan perempuan. Masya allah, potret generasi yang menyedihkan.
Belum lagi, gaya hidup Barat telah diikuti oleh hampir semua kaum muda, yaitu kebebasan. Mereka mengabaikan nilai-nilai agama, yang terpenting bisa senang-senang, selama masih muda dan energik. Mereka tak malu untuk berlenggak-lenggok untuk sekadar meluapkan kebahagiannya dan mengikuti alunan musik para idolanya.
Semua itu, ternyata bentuk penjajahan dari peradaban Barat untuk menjauhkan umat Islam, terutama generasinya dari ajarannya. Barat mengajarkan sekularisme, pluralisme, dan sinkretisme, dari sisi akidahnya. Belum lagi, budayanya yaitu hedonisme, liberalisme, dan materialisme. Semua diadopsi kaum muda tanpa disaring terlebih dahulu.
Akhirnya, kaum muda pun terombang-ambing, seperti buih di lautan, yang tak memiliki arah. Mereka menjadi pengikut setia Barat, agar bisa terkenal. Padahal, mereka tengah berada dalam jurang kehancuran. Yaitu, kehilangan identitasnya sebagai kaum muslim, yang tidak taat terhadap syariat.
Maka, sudah seyogianya kaum muda bangga menjadi muslim, bangga taat kepada syariat, dan selalu istikamah dalam melakukan kebaikan. Tidak ikut-ikutan terhadap budaya hedonisme, yang menjerumuskan kedalam dosa. Sehingga, kaum muda disibukkan untuk menuntut ilmu, beribadah, menghafalkan Al-Qur’an, hadis, dan kitab para ulama; melakukan penelitian, membentuk kemampuam menjadi mujahid, dan berbagai kegiatan sejenis yang linier dengan tujuan membentuk sosok berkepribadian Islam.
Dengan hal tersebut, kaum muda memiliki prinsip yang kuat dan ideal. Tetap bersosial dengan masyarakat, namun tetap sesuai syariat.***
Citra Ningrum
Kuningan