KUNINGAN (MASS) – Di balik dampak buruknya, kotoran hewan (kohe) sapi sejatinya menyimpan potensi besar jika diolah secara tepat. Dosen Peternakan Universitas Muhammadiyah Kuningan (UMK), Ari Abdullah S M Pt, mengungkapkan hasil penelitiannya yang menunjukkan kohe bisa diolah menjadi lima produk sekaligus dalam satu proses.
“Dalam satu kali pengolahan, kohe bisa menghasilkan pupuk organik padat, pupuk organik cair, probiotik, cacing, dan biogas. Ini sangat efektif dan efisien jika dilakukan dengan tepat,” ujar Ari, Sabtu (31/5/2025).
Ia menjelaskan, pemanfaatan kohe agar hasilnya bagus dan dapat bernilai, cara pengolahannya juga harus dicampuri dengan sumber karbon seperti daun atau jerami, lalu difermentasi.
Menurutnya, pupuk organik padat yang dihasilkan bisa diekstraksi menjadi pupuk cair, yang mampu menekan penggunaan pupuk kimia hingga 40 persen.
Selain itu, pupuk cair yang difermentasi juga bisa menjadi probiotik untuk ternak, dapat meningkatkan kesehatan pencernaan sapi dan produktivitas peternakan.
“Kalau beli probiotik komersial bisa sampai Rp30.000-50.000 per liter, sedangkan hasil fermentasi dari kohe ini bisa setara kualitasnya dengan biaya produksi yang jauh lebih rendah,” jelasnya.
Selain itu, limbah padat kohe itu juga bisa dijadikan media budidaya cacing yang laris di pasar kosmetik dan perikanan, atau dijadikan bahan baku biogas dan briket energi alternatif.
Pengolahan tersebut harus berkolaborasi antar lintas sektor dalam membangun ekosistem bisnis berkelanjutan.
“Peternak butuh dukungan. Pemerintah harus jadi inisiator, lalu ada fasilitator, aktor, supplier, dan offtaker. Jangan hanya satu dinas yang bergerak. Ini perlu lintas sektor agar pengelolaan limbah benar-benar berdaya guna dan menghasilkan nilai ekonomi,” tegasnya.
“Prodi peternakan UM Kuningan siap berkolaborasi dengan pemerintah untuk menyelesaikan permasalah ini,” pungkasnya. (didin)