KUNINGAN (MASS) – Di tengah perbukitan hijau Kabupaten Kuningan, sebuah desa kecil bernama Gunung Manik menjadi saksi lahirnya kolaborasi cerdas antara akademisi dan masyarakat. Bukan hanya program seremonial, tapi karya nyata yang lahir dari semangat riset, pengabdian, dan cinta pada kemajuan desa.
Universitas Muhammadiyah Kuningan (UM Kuningan) menembus batas ruang kelas dengan menghadirkan solusi riil, mulai dari dari alat peraga PAUD untuk pendidikan anak usia dini, inovasi madu herbal penangkal stunting, hingga pemberdayaan ekonomi lewat pengolahan tanaman lokal.
Salah satu bentuk kontribusi UM Kuningan yaitu melalui keterlibatan aktif dalam program Kampung Berkualitas (KB) yang dikembangkan bersama beberapa mitra, termasuk UM Cirebon, UM Buton, dan Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA). Kolaborasi tersebut berhasil menjadikan Desa Gunung Manik sebagai perwakilan lomba KB di tingkat Provinsi Jawa Barat.
“Program ini bukan sekadar kegiatan simbolik, tapi betul-betul menyentuh kebutuhan dasar masyarakat,” ungkap Dr. apt. Wawang Anwarudin, M.Sc, Rektor UM Kuningan, dalam podcast bersama Kuningan Mass, Kamis (29/05/2025).
Tiga Pilar Kontribusi Nyata
- Edukasi Anak Usia Dini
Melalui Program Studi Pendidikan, UM Kuningan mengembangkan alat peraga edukatif untuk siswa PAUD. Salah satu contohnya yaitu jam belajar interaktif yang membantu anak-anak mengenal angka dan waktu secara menyenangkan. Hal ini menjadi langkah penting dalam membentuk fondasi literasi dini di desa. - Inovasi Herbal Berbasis Madu untuk Pencegahan Stunting
Menggandeng Prodi Farmasi dan Peternakan, tim dosen dan mahasiswa UM Kuningan merancang produk herbal berbahan dasar madu lokal untuk mendukung upaya pencegahan stunting. Riset menunjukkan, konsumsi madu secara teratur dapat meningkatkan asupan nutrisi penting bagi anak-anak. Desa Gunung Manik sendiri dikenal memiliki budidaya madu yang aktif dan terorganisir, menjadikan inovasi tersebut relevan dan berkelanjutan. - Penguatan Ekonomi dan Pemberdayaan Lokal
Selain edukasi dan kesehatan, UM Kuningan juga mendorong penguatan ekonomi warga melalui pelatihan pengolahan herbal dari tanaman lokal seperti kapulaga dan cengkeh. Produk-produk hasil inovasi itu tidak hanya dimanfaatkan untuk konsumsi pribadi, tetapi juga mulai diarahkan menjadi komoditas ekonomi desa yang potensial.
Melalui pendekatan lintas program studi dan berbasis riset, UM Kuningan membuktika, pengabdian masyarakat bukan sekadar kewajiban akademik, melainkan investasi sosial. Dampak yang dirasakan warga, mulai dari peningkatan kesadaran pendidikan anak usia dini, perbaikan gizi, hingga pemberdayaan ekonomi yang menunjukkan sinergi kampus dan masyarakat bisa membawa perubahan nyata.
“Desa Gunung Manik telah menjadi contoh hidup bagaimana riset dan pengabdian yang terintegrasi dapat menjawab persoalan nyata di lapangan,” tambah Dr. Casnan, M.Si, Direktur Kelembagaan, Kerjasama, dan Perencanaan UM Kuningan. (argi)
Selengkapnya tonton di bawah ini :