KUNINGAN (MASS) – Warga Dusun Wage RT 4 RW 4 Desa Cihideunggirang Kecamatan Cidahu, dihebohkan adanya ular sanca sepanjang +- 2 meter yang berkeliaran di sekitar perumahan warga.
Yang pertama mengetahuinya adalah Tarsono (40), sekitar pukul 11.00 WIB siang saat sedang beristirahat minum kopi, ia mendengar ada suara benda yang jatuh dari belakang rumahnya.
Sempat dikira buah nangka yang jatuh, ternyata yang ular sanca yang cukup besar. Tarsono kemudian memanggil tetangga lainnya untuk menangkap ular tersebut, hingga warga berkumpul cukup banyak.
Dengan membawa karung, ternyata warga juga tak sampai berani menangkap ular yang cukup besar. Adanya ular itu, kemudian ada yang melaporkan ke UPT Damkar Satpol PP Kuningan.
Kepala Damkar Andri Arga Kusumah, kemudian menurunkan anggotanya hntjk melakukan evakuasi ular yang ada di sekitar perumahan warga.
“Dilakukan tindakan pencarian/penyisiran ular jenis sanca dan penangkapan langsung di TKP oleh 4 orang anggota,” sebut Andri Arga.
Ular Sanca sendiri, berhaisl ditangkap dan dievakuasi oleh Damkar setelah 32 menit penyisiran. Damkar, kemudian melakukan edukasi dan tips untuk mencegah ular.
Berikut tipsnya:
- Bersihkan Perkarangan Rumah dan hindari menumpuk barang-barang yang sudah tidak terpakai
- Usir Hewan yang Menjadi Mangsa Ular
- Tempatkan Hewan Peliharaan di Tempat Aman
- Semprotkan Pengharum Rumah
- Isi Lubang dengan Benda Padat yang berpotensi ular masuk
- Pakai Kapur Barus Atau bahan Aroma yang wangi dan lainya akan menggangu sesor penciuman ular dalam mencari mangsa sehingga ular tidak akan masuk ke dalam rumah.
Berikut adalah informasi yang dibagikan Damkar Kuningan tentang Ular Sanca:
Sanca atau Sawa atau pinjaman bahasa Inggris Piton adalah sebutan umum untuk semua jenis ular pembelit yang diklasifikasikan sebagai familia Pythonidae. Sanca tersebar luas di daerah beriklim panas dan tropis Afrika, Asia, dan Australia. Salah satu spesies sanca, yaitu sanca kembang (Malayopython reticulatus) merupakan ular terpanjang di dunia.
Penyebaran dan Habitat:
Sanca tersebar luas di Afrika Sub-Sahara, Nepal, India, Sri Lanka, Myanmar, Tiongkok selatan, Asia Tenggara, serta dari Filipina ke selatan hingga Indonesia, Papua Nugini, dan Australia. Di Amerika Serikat, terdapat populasi terintroduksi dari sanca bodo (Python bivittatus) yang menjadi spesies invasif semenjak akhir tahun 1990-an.
Perilaku:
Sebagian besar spesies sanca adalah predator penyergap, yang mana biasanya tidak bergerak dalam posisi menyamarkan diri (kamuflase), dan kemudian menyerang mangsa yang lewat secara tiba-tiba. Serangan sanca pada manusia, meskipun diketahui pernah terjadi, sangat jarang. Namun dapat terjadi jika sanca tersebut merasa terancam.
Makanan:
Sanca menggunakan giginya yang tajam, melengkung ke belakang, empat baris di rahang atas, dua di bawah, untuk menangkap mangsa yang kemudian dibunuh dengan lilitan (constriction); setelah seekor binatang ditangkap untuk ditahannya, sanca dengan cepat membalutkan sejumlah lilitan di sekelilingnya. Kematian terjadi terutama karena berhentinya detak jantung.
Namun tujuan yang sebenarnya dari lilitan tersebut adalah untuk menekan saluran darah yang menuju ke otak, agar darah yang menuju ke otak terhenti dan mangsa menjadi lemas.
Spesimen yang lebih besar biasanya memakan hewan seukuran kucing rumah, tetapi diketahui menyukai mangsa yang lebih besar; beberapa spesies sanca besar Asia diketahui mampu menjatuhkan rusa dewasa, dan sanca batu Afrika, diketahui mampu memakan kijang atau antelop. Pada tahun 2017, diketahui sebuah kasus manusia dimangsa oleh sanca di Sulawesi, Indonesia. Semua mangsa ditelan secara utuh, dan mungkin butuh beberapa hari atau bahkan berminggu-minggu untuk dicerna sepenuhnya dan sanca tersebut langsung mati secara tiba-tiba.
Reproduksi:
Sanca adalah ular ovipar, atau dengan kata lain, berkembangbiak dengan bertelur. Hal ini membedakannya dari familia Boidae (ular boa), yang sebagian besar berkembangbiak dengan “seperti melahirkan” (ovovivipar), karena yang sebenarnya terjadi telur dibiarkan didalam perut sampai menetas, dan setelah menetas barulah anak ular keluar dari bagian kloaka, hal ini yang menyebabkan ular boa berkembang biak seperti melahirkan (ovovivipar).
Setelah bertelur, ular betina biasanya mengeraminya sampai menetas. Hal tersebut dicapai dengan menyebabkan otot-otot “menggigil”, yang meningkatkan suhu tubuh hingga tingkat tertentu, dan demikian juga pada telur. Menjaga telur pada suhu yang konstan sangat penting untuk perkembangan embrio yang sehat. Selama masa inkubasi, ular betina tidak makan dan hanya meninggalkan telur-telurnya untuk berjemur demi meningkatkan suhu tubuhnya.
Sebagai Peliharaan:
Sebagian besar spesies sanca merupakan hewan peliharaan eksotik. Akan tetapi, perlu kewaspadaan dalam memelihara spesies berukuran besar, karena ular tersebut bisa menjadi berbahaya. kasus-kasus langka di mana spesimen besar membunuh pemiliknya pernah didokumentasikan.
(eki)