Connect with us

Hi, what are you looking for?

Kuningan Mass

Tourism

Berlibur di Kampung Pasundan, Nikmati Budaya Sunda dan Ornamen Serba Bambu

PASAWAHAN (MASS) – Sebagai orang Sunda, tentu dong kita sedikit banyak mengenal adat Pasundan, entah itu dari bahasanya, pakaiannya, barang barang kerajinan dan anyaman bambunya, rumah panggung dan budayanya.

Nah, kalo kalian “kangen” budaya sunda di zaman sekarang ini, kalian bisa nyoba berlibur di Kampung Pasundan Cisamaya. Terletak di Dusun Kliwon Desa Pasawahan Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan, tak jauh dari pusat desa.

Awal masuk, kita sudah disuguhi gerbang besar yang khas dan kental dengan adat sunda, tentu saja terbuat dari bambu.

“Kita memang mengusung adat Pasundan, jadi selain tempat wisata, kita juga belajar kembali adat Sunda,” terang Hanif Abdullah, salah satu pengelola di kawasan wisata tersebut.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Selain tempatnya yang serba bambu, barang-barang dan kerajinan pun terbuat dari bambu, seperti ayakan, tudung saji dan lain lain. Bahkan, disana tersedia pula pakaian adat seperti iket, pangsi dan kebaya yang memperkuat budaya Pasundan.

“Kita ingin, kedepannya masyarakat Pasawahan sendiri bisa secara ekonomi dan budaya tetap melestarikan adat Pasundan,” ujarnya.

Dari penuturan Hanif, meski belum secara resmi dibuka sudah cukup banyak pengunjung yang datang, entah itu sekedar melakukan foto pre-wedding, kemping, maupun menginap di homestay yang sudah ada.

“Kita belum tarif, saat ini ya biasanya untuk kebersihan sama listrik aja 10 ribu perorang, itupun kadang semalam dua malam kalo tidak ada antrian selanjutnya,” terangnya pada kuninganmass.com saat ditemui di lokasi wisata.

Advertisement. Scroll to continue reading.

 

Saat ditanyai soal nama Cisamaya, dirinya menjelaskan bahwa nama itu diambil dari mata air Cisamaya yang tidak jauh dari lokasi wisata. Mata air Cisamaya sendiri merupakan sumber air bagi lebih dari 5 desa terdekat. Mata air yang tidak surut ketika musim kemarau.

Saat ini, di Kampung Pasundan sudah tersedia berbagai fasilitas yang cukup lengkap, entah itu dari listrik, air dan fasilitas penunjang lainnya. “Pembangunan fisik sudah 90 %, udah ada toilet, kantor, aula pertemuan, restoran, dapur, mushola, 2 homestay, rumah komunal, dan jembatan” imbuhnya.

Ketika ditanya bagaimana asal mula kawasan wisata khas sunda itu terbentuk, Hanif dengan gamblang menceritakannya pada kuninganmass.com, lokasi tersebut dulunya merupakan tempat masyarakat membuang sampah dengan sembarangan karena tempatnya yang tidak terurus.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Setidaknya, sampah dari 3 desa seperti Singkup Paniis dan Pasawahan sendiri dibuang kesana. Bahkan, sebelum terurus tempat tersebut terkenal angker karena memang terletak di tengah lembah dan diapit dua tebing.

“Dua tahun belakangan ini baru digaraplah, karena memang ada masyarakat yang peduli, awalnya hanya ngelola sampah agar tidak numpuk. Ada yang dibakar, ada juga yang dikubur, ada yang dibuang ke TPU terdekat,” jelasnya.

Suasana malam

Menurut Hanif, setelah cukup terlihat semangat perubahan itulah ada investor yang tertarik dan bersemangat membuat kawasan lokasi wisata tersebut.

“Tapi ya ingin yang unik, jadi semuanya dibangun dari bambu dan mengusung budaya lokal, budaya Pasundan,” ungkapnya.

Nah, kalo kalian penasaran gimana rasanya berlibur di Kampung serba bambu, pengen bermalam dan merasakan asyiknya malam bersama keluarga, teman, atau kerabat, coba deh langsung serching di instagram kalian, atau datang langsung ke Kampung Pasundan Cisamaya. (eki)

Advertisement. Scroll to continue reading.
Advertisement

Berita Terbaru

Advertisement
Advertisement

You May Also Like

Education

KUNINGAN (MASS) – Hari Bahasa Ibu International yang ditetapkan Unesco pada tanggal 21 Februari lalu mendapat respon yang massif. Banyak instansi, termasuk lembaga pendidikan...

Advertisement