KUNINGAN (MASS) – Ada berkah dibalik musibah. Perkataan tepat untuk penjual masker yang ketiban untung pada saat wabah corona. Bukan hanya masker sekali pakai masker tapi masker yang bisa dicuci.
Siti warga Desa Purwasari Kecamatan Garawangi yang menangkap peluang itu. Ia biasanya fokus menjahit. Ketika ada wabah corona ia langsung membeli kain dan tanpa menunggu lama membuat masker.
“Selain jual sendiri saya memasok ke pasar. Kalau untuk dijual Rp8.000. Sedangkan untuk konsumen dibandrol Rp10 ribu. Biasanya dijual di pasar kecamatan,” ujarnya.
Biasa di satu pasar mendapatkan omset Rp1 juta dan sekarang sudah tidak memproduksi lagi karena sudah melawati masa puncak dan sudah banyak penjual. Siti juga tidak semata-mata mencari untung terus namun ada jiwa sosilanya.
“Sebelum dijual ke yang lain saya bagi-bagi ke tetangga dong, biar berkah karena ada doa mereka yang membuat usaha kita maju,” tandasnya Sitii yang mempunyai anak buah empat orang itu, Sabtu (4/4/2020) siang.
Penjual masker lainnya, Nindya juga mengatakan hal yang sama. Perempuan asal Desa Subang tersebut, sudah lama berjualan baju melalui online. Bahkan, dirinya mengaku baru-baru ini saja menjual masker karena coba-coba dan banyak permintaan.
“Mungki karena butuh ya. Jadi banyak yang nanyain. Meski banyak penjual tapi karena yang butuh maka rejekinya selalu ada,” ujarnya.
Ia mengaku, meski baru beberapa minggu saja, sudah beberapa kodi yang dijualnya. Ibu beranak satu tersebut memilih berjualan masker kain yang bisa dicuci kembali dan tersedia banyak.
“Masih produksi orang lain sih, tapi kan banyak stoknya. Motifnya dan bahannya juga bisa sesuai pesanan, dari mulai bahan kain katun, toyobo, sampe wolfiis yang tipispun laku,” imbuhnya lagi.
Nindy mengaku tidak lagi berjualan masker medis. Selain karena harganya yang terus melambung tinggi, dirinya juga menyebut masker medis saat ini lebih dibutuhkan para tenaga medis dan relawan yang berada di garis depan. (eki)