KUNINGAN (MASS) – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Universitas Islam Al-Ihya (Unisa) Cabang Kuningan menggelar kajian rutin dengan mengangkat tema “Lafran Pane dan Visi Keutamaan Intelektual HMI” di Sekretariat HMI Unisa, Jumat (26/12/2025) pagi.
Kegiatan tersebut membahas sejarah perjuangan HMI serta keteladanan Lafran Pane sebagai pendiri organisasi. Mulai dari perjalanan HMI sejak didirikan hingga perkembangannya saat ini, serta peran besar Lafran Pane dalam membangun HMI sebagai organisasi kader yang menjunjung tinggi nilai keislaman, keindonesiaan, dan keilmuan.
Pemateri kali ini menghadirkan salah satu kader HMI Unisa yang sudah menyelesaikan LK 3, yakni Sandy. Pada kesempatan itu, Sandy, memaparkan awal mula berdirinya HMI dan dinamika perjuangannya dari masa ke masa. Ia juga menjelaskan sosok Lafran Pane sebagai figur yang melahirkan nilai-nilai luhur yang relevan bagi pembentukan pribadi kader HMI yang utuh.
Menurut Sandy, Lafran Pane dikenal sebagai pribadi yang tidak haus jabatan dan menolak pengkultusan diri. Bahkan, Lafran Pane enggan dijadikan tokoh yang diagungkan secara berlebihan dalam HMI.
Sandy juga menceritakan salah satu kisah Lafran Pane. ia menuturkan Lafran Pane sempat mengganti tanggal lahirnya agar tidak bertepatan dengan tanggal berdirinya HMI, sebagai simbol independensi HMI, beliau ingin menekankan HMI harus tetap dengan sikap independennya sekalipun beliau adalah orang yang memprakarsai berdirinya HMI.
“Lafran Pane mengajarkan hidup sederhana. Ketika beliau menjadi guru besar Ilmu Tata Negara di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, ia memilih menggunakan sepeda ontel, walaupun beliau mempunyai potensi besar untuk merasakan hidup mewah dengan kebesaran gelar dan jejaring yang siap membantu beliau. Meskipun berasal dari keluarga berada, Lafran Pane meneladankan sikap zuhud, kesederhanaan, dan menjauhi kemewahan, sikap mulia ini lah yang jarang kita lihat pada zaman sekarang ini” ujar Sandy.
Sementara itu, Ketua HMI Komisariat Unisa Bintang, menyampaikan, kajian sejarah perjuangan HMI tersebut merupakan bentuk refleksi bagilop kader untuk kembali mengingat perjalanan organisasi sejak didirikan hingga urgensinya di masa kini.
“Kajian ini menjadi sarana bagi kader HMI untuk mengenal lebih dekat sosok Lafran Pane serta memahami nilai-nilai perjuangan yang menjadi fondasi HMI, agar tetap relevan dan kontekstual dalam menjawab tantangan zaman,” ungkapnya.
Melalui kajian tersebut, Bintang berharap kader HMI semakin memahami identitas dan arah perjuangan organisasi, sekaligus meneladani nilai-nilai kesederhanaan, keikhlasan, dan keutamaan intelektual yang diwariskan Lafran Pane. (didin)








