Bismillah.
Bedanya SYETAN BISU
Dan Pidato
“Pertanggung jawaban PIMPINAN SYETAN Dihadapan AHLI NERAKA
BAHWA Syetan bisu adalah istilah yang digunakan oleh beberapa ulama terdahulu, antara lain Ibnu Taimiyah (1263-1328 M), sebuah ungkapan metaforis yang keras berkaitan dengan konsep amar makruf nahi munkar sebagaimana ditegaskan dalam banyak ayat dan hadits.
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104).
“Siapa yang melihat kemunkaran, maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka tolaklah dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim).
Dalam hadits lain disebutkan:
“Hendaklah kamu beramar makruf dan bernahi munkar. Kalau tidak, maka Allah akan memberikan/menguasakan atasmu orang-orang yang paling jahat di antara kamu, kemudian orang-orang yang baik di antara kamu hanya berdoa dan doanya tidak dikabulkan.” (HR. Abu Dzar).
Hadits tersebut nengisyaratkan betapa bahayanya membiarkan kemunkaran sehingga Allah akan menurunkan-Menguasakan atasmu orang orang yang JAHAT menguasai lingkungan hidupmu, bangsa dan negaramu dan doa’ orang-orang baik di lingkunganmu tidak dikabulkan…. maka hendaklah engkau jauhi kumpulan orang-orang Jahat munafiqun (Jika diberi amanat, DIA khianat – Jika bicara, DIA berdusta dan Jika berjanji, DIA ingkari janjinya), tinggalkan orang-orang munafikun itu, agar engkau selamat dari adzab Allah Subhanahu Wata’ala.
Zumhur U’lama/Para ulama sependapat bahwa amar makruf nahi munkar merupakan pokok syari’at Islam; umat Islam menjadi umat terbaik karena adanya syari’at ini dan umat islam akan hancur karena TIDAK melaksanakan syariat dimaksud.
“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah…” (QS. Ali Imran: 110).
Namun para ulama berbeda pendapat, apakah amar makruf nahi munkar merupakan fardlu ‘ain atau fardlu kifayah?.
Mayoritas/jumhur ulama berpendapat bahwa kewajiban amar makruf nahi munkar itu sifatnya fardlu kifayah. Hal ini didasarkan pada kata منكم, minkum, dalam Surat Ali Imran ayat 104 di atas, yang berarti “sebagian dari kalian”.
Karenanya satu orang mengajak berbuat amal ibadah baik, kemudian dijegal sebagian kaum munafiqun, serahkanlah tingkah laku mereka atas kuasa Allah yang maha mengetahui, maha melihat segalanya.
Berdasarkan Hadits Imam Muslim di atas, terdapat tingkatan dalam pelaksanaan amar makruf nahi munkar: merubah dengan tangan/kekuasaan, merubah dengan lisan/tulisan, dan mengingkari dengan hati (Munagiq tersembunyi)
Secara dalil aqli, kewajiban itu menjadi fardlu kifayah oleh karena untuk melaksanakan amar makruf nahi munkar setidaknya dibutuhkan:
- Pemahaman yang benar atas konsep dan kriteria makruf dan munkar. Tidak asal melangkah, tidak asal merasa ibadah. Apabila tidak faham hal itu bisa menjadi terbalik menjadi amar munkar nahi makruf;
- Evaluasi yang komprehensif untuk menilai apakah sesuatu perbuatan/fenomena di masyarakat memenuhi syarat untuk dikenakan kewajiban amar makruf nahi munkar, atau tidak.
- Hanya mereka yang memiliki integritas dengan level memenuhi syarat yang bisa menyampaikannya. Apabila sudah tidak ada lagi (kelompok) orang yang memiliki integritas demikian, maka hadits Imam Abu Dzar di atas akan berlaku, bahwa “Allah akan menguasakan/memberikan kekuasaan atasmu itu adalah orang-orang yang paling jahat di antara kamu!
Itu sebabnya, tidak semua orang Islam dikenai kewajiban amar makruf nahi munkar. Lebih baik belajar, bertanya, jikalau tidak mengerti, agar umat tidak rusak
dan Allah memperingatkan kehancuran perkara apapun itu akibat Perkara diurus ORANG YANG BUKAN AHLINYA!
Dalam konteks inilah kita memahami berkumpulnya para Guru Besar tempo beberapa waktu yang telah berlalu di Yogyakarya, adalah mereka sedang menunaikan fungsinya dalam amar makruf nahi munkar sesuai dengan porsi dan posisinya, sesuai keahliannya, berupaya merubah kemunkaran dengan lisan/tulisan.
(https://m.liputan6.com/news/read/5054214/profesor-berkumpul-di-yogyakarta-prihatin-dengan-krisis kepemimpinan)
Dalam hadits lain diceritakan, bahwa suatu ketika Allah SWT memerintahkan malaikat untuk menghacurkan sebuah kota/kampung (qaryah). Setiba di kampung itu malaikat menemukan beberapa orang saleh, yang kerjanya hanya beribadah dan berdzikir. Malaikat pun menjadi ragu melakukan perintah Allah itu. Maka dia kembali menyampaikan kepada Allah bahwa ada golongan ahli ibadah dan dzikir di kampung itu. Kalau kampung itu dihancurkan, maka mereka akan ikut menjadi korban.
Mengejutkan, Allah ternyata berkata kepada malaikat itu: “Hancurkanlah dulu mereka itu, karena mereka sadar akan agama dan Tuhan, tapi tidak peduli dengan kejahatan dan dosa di lingkungan kampung itu”.
(https://ww.republika.co.id/berita/ql92p385/ketika-orangorang-baik-diam).
Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam Majmu’ Fatawa berkata:
“Orang yang berdiam diri dari menyampaikan kebenaran, padahal ia mampu menyampaikannya, adalah syaithan akhras (syetan bisu dari jenis manusia).”
Maka sampaikanlah kebenaran itu, ajaklah lingkunganmu kejalan yang benar, apabila mereka tidak mau dan merekayasa penjegalan untuk melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, hendaknya engkau serahkanlah kepada Allah sebaik baik pembuat MAkAR.
Pidato pertanggung jawaban Pemimpin syetan dihadapan ahli neraka!
وَقَالَ ٱلشَّيۡطَٰنُ لَمَّا قُضِيَ ٱلۡأَمۡرُ إِنَّ ٱللَّهَ وَعَدَكُمۡ وَعۡدَ ٱلۡحَقِّ وَوَعَدتُّكُمۡ فَأَخۡلَفۡتُكُمۡۖ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيۡكُم مِّن سُلۡطَٰنٍ إِلَّآ أَن دَعَوۡتُكُمۡ فَٱسۡتَجَبۡتُمۡ لِيۖ فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوٓاْ أَنفُسَكُمۖ مَّآ أَنَا۠ بِمُصۡرِخِكُمۡ وَمَآ أَنتُم بِمُصۡرِخِيَّ إِنِّي كَفَرۡتُ بِمَآ أَشۡرَكۡتُمُونِ مِن قَبۡلُۗ إِنَّ ٱلظَّٰلِمِينَ لَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٞ
*Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya!
Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri!
Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku!
Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang dzalim itu mendapat siksaan yang pedih! [QS. Ibrahim ; 22]
Seperti itulah Pemimpin syetan kelak diakhirat ketika diminta pertanggung jawabannya atas manusia yang mengikuti prilaku syetan yang terkutuk karena memang TUPOKSI SYETAN menjerumuskan manusia yang tidak beriman menjadi penghuni neraka jahanam!
Allahuma inni As aluka Al a’fiyah fidun ya wal akhirah.
Hadanallahu Waiyyakum Ajma’in.
A.Dadang Hermawan
*) Mantan Wk.Sekretaris Jenderal Lajnah Tanfidziyah DPP PSII/Dewan Pimpinan Pusat Partai Syarikat Islam Indonesia (-1905 – ) Partai peserta pemilu reformasi Th.1999 –
18 – 6 – 2023