KUNINGAN (MASS) – Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan menjadi leading sektor dan menggelar rembug stunting pasa Kamis (30/6/2022) di Prima Resort Sangkanurip – Cigandamekar.
Acara untuk merumuskan hal-hal yang perlu dilakukan untuk terus menekan angka stunting itu, diikuti berbagai sektor mulai dari Pemkab, DPRD, Bappeda, TP PKK, serta 141 peserta yang terdiri dari perguruan tinggi, organisasi profesi, Baznas, asosiasi Camat, Puskes dan aparat desa.
Stunting sendiri, merupakan gejala kekurangan gizi yang terjadi pada 1000 hari pertama kehidupan (bayi), dan beresiko pada pertumbuhan fisik, kognitif (berpengaruh pada kecerdasan dan kreatifitas) serta rentan penyakit.
Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) H M Ridho Suganda SH M Si, yang juga wakil bupati mengatakan, untuk percepatan penurunan stunting, harus dilakukan melalui intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Dan langkah itu, bisa lebih efektif jika dilakukan secara konvergen.
“Konvergensi penyampaian layanan, membutuhkan keterpaduan proses perencanaan, penganggaran dan pemantauan kegiatan secara lintas sektor untuk memastikan tersedianya setiap layanan intervensi gizi spesifik kepada keluarga sasaran prioritas, dan intervensi gizi sensitif untuk semua kelompok masyarakat, terutama masyarakat miskin,” ujar Wabup.
Dan kegiatan rembuk stunting ini, jadi langkah penting untuk melakukan kerja-kerja terintegrasi baik dari pemerintah maupun non pemerintah.
Dari hasil input data di aplikasi Bangda Kemendagri dan Pertemuan Analisis Situasi program stunting per 14 Juni 2022 kemarin, lanjut Wabup, lokasi fokus (lokus) intervensi tabun ini ada 48 desa, akumulasi sejak 2019.
Karena itu, dalam kesempatan tersebut juga dilakukan penandatanganan komitment bersama intervensi percepatan penurunan stunting antar berbagai pihak/lembaga dengan lokus intervensi sebagai penerima layanan. (eki)