KUNINGAN (MASS) – Sejumlah mahasiswa STKIP Muhammadiyyah Kuningan Prodi PGSD 3a, melakukan observasi ke tempat kerajinan anyaman di Desa Dukuhlor Kecamatan Sindangagung. Disana, merupakan sentra industry kerajinan tangan yang bahkan secara pasar, sudah mendunia dan bersaing di pasar internasional.
Observasi tersebut, dilakukan Listia Amelia, Eliza, Eka Nugraha dan Hana Nur’rul untuk memenuhi tugas struktur mata kuliah pendidikan seni rupa dengan dosen pengampu Andi rohendi S Pd, M Pd. Kunjungan dilakukan menuju akhir bulan lalu.
Keempat mahasiswa ini melakukan observasi ke tempatnya Desta, warga Dusun Pasir Muncang Desa Dukuhlor Kecamatan Sindangagung penampung alat dan bahan kerajinan berbahan kayu pinus Brazil dan rotan. Kerajinan ini, bahkan diminati oleh salah satu perusahaan yang cukup terkenal dalam bidang furniture.
“Pada awal usaha kerajinan anyaman ini dimulai sekitar tahun 1998, tetapi berhenti beberapa tahun dan mulai aktif memproduksi kembali pada tahun 2006,” ucap Dasta.
Dikatakan, bahan yang digunakan untuk membuat anyaman tersebut dikirim dari Cirebon. Warga sekitar, tinggal menganyam bahan yang telah dikirim dari Cirebon tersebut. Produksi anyaman sendiri dilakukan setiap hari. Ia mengatakan, dalam sehari Dasta dan sang istri dapat menyelesaikan 5-10 anyaman. Bahkan, jika tidak ada aktivitas lain, ia bisa menyelesaikan sampai 15-20 anyaman dalam sehari.
Upah yang didapat Dasta, sekitar Rp. 1.200,- /keping. Selain turut serta melestarikan warisan budaya nasional akan keberadaan seni kerajinan anyaman rotan, usaha ini juga dianggap bisa menyerap tenaga kerja yang berada di wilayah sekitar Desa Dukuhlor khususnya di Dusun Pasir Muncang, sehingga harapannya dapat mengurangi pengangguran.
Dasta juga terbilang sering memberikan motivasi dan dorongan dengan pelatihan-pelatihan keterampilan kepada generasi muda untuk menyukai dan terus melestarikan budaya seni anyaman. Sehingga keterampilan seni anyaman rotan dapat membawa nama baik bangsa dan negara di pasar dunia hingga mendatangkan devisa negara.
“Uang tidak bisa membeli kebahagiaan dan kreativitas. Tapi, kebahagiaan dan kreativitas jika digabungkan bisa menjadi uang,” sebutnya. (eki)