KUNINGAN (MASS) – Pemerintah Indonesia terus melakukan pembangunan di semua bidang kehidupan sebagai upaya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi pelaksanan pembangunan tersebut adalah indikator kesehatan.
Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu aspek kualitas sumber daya manusia yang penting. Sumber Daya Manusia (SDM) yang sehat secara fisik diharapkan menjadi manusia berkualitas sehingga dapat ikut berperan aktif (subyek) dalam pembangunan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Penduduk adalah kekayaan nyata suatu bangsa. Perkembangan penduduk baik secara kualitas maupun kuantitas dipengaruhi oleh banyak faktor. Tidak hanya sekedar berbicara pembangunan semata, tetapi juga harus paham tentang pembangunan yang berkualitas dengan resiko yang seminim mungkin dengan manfaat yang luar biasa bagi masyarakat.
Kualitas hidup yang dimiliki suatu negara ataupun wilayah, menggambarkan kesejahteraan rakyat dan keberhasilan dari program-program yang dibuat oleh pemerintah untuk meningkatkan derajat kehidupan manusia. Terkait dengan kualitas hidup terdapat unsur Angka Harapan Hidup (AHH) di dalamnya. Angka harapan hidup merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menilai derajat kesehatan penduduk yang menggambarkan kualitas hidup.
AHH saat Lahir (e0) adalah rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu. AHH merupakan representasi dari dimensi kesehatan dalam mengukur kualitas pembangunan manusia. Semakin tinggi AHH yang dicapai suatu wilayah menunjukkan kualitas kesehatan yang relatif baik, sehingga peluang seseorang untuk hidup lebih lama akan tinggi.
Di samping aspek kesehatan yang memberikan peran terhadap harapan hidup seseorang lebih lama, ada peran faktor lain yang mendorong seseorang dapat hidup lebih lama dengan berbagai upaya medis, dan antisipasi lainnya agar tidak menyebabkan terganggunya kesehatan seseorang atau ssekelompok orang.
AHH juga merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Dalam membandingkan tingkat kesejahteraan antar kelompok masyarakat sangatlah penting untuk melihat angka harapan hidup.
Di daerah yang tingkat kesehatannya lebih baik, setiap individu memiliki rata-rata hidup lebih lama, dengan demikian secara ekonomis mempunyai peluang untuk memperoleh pendapatan lebih tinggi.
Selanjutnya, Lincolin (1999) menjelaskan intervensi untuk memperbaiki kesehatan dari pemerintah juga merupakan suatu alat kebijakan penting untuk mengurangi kemiskinan. Salah satu faktor yang mendasari kebijakan ini adalah perbaikan kesehatan akan meningkatkan produktivitas golongan miskin: kesehatan yang lebih baik akan meningkatkan daya kerja, mengurangi hari tidak bekerja dan menaikkan output energi.
Hendrik L.Blum menjelaskan bahwa derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Keempat faktor tersebut mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat di suatu daerah sehingga secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap besar kecilnya AHH (Notoatmodjo, 1997).
Lingkungan mempunyai pengaruh dan peranan yang terbesar terhadap derajat kesehatan masyarakat. Lingkungan umumnya digolongkan menjadi dua kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah, iklim dan perumahan. Sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan, kepercayaan, pendidikan dan ekonomi.
Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan, kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, pendidikan, ekonomi dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada diri manusia.
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan terhadap kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh faktor lokasi, yaitu apakah dapat dijangkau atau tidak.
Bentuk pelayanan kesehatan tidak hanya terbatas pada fasilitas pelayanan saja akan tetapi juga meliputi tenaga kesehatan. Keberadaan tenaga kesehatan dapat memberikan pelayanan, informasi dan motivasi kepada masyarakat untuk mendatangi fasilitas kesehatan.
Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti diabetes melitus dan asma bronehial. Selain itu, faktor keturunan juga dapat dikaji dari kondisi balita dan ibu hamil. Masa kehamilan dan balita sangat menentukan perkembangan otak anak. Dalam hal ini perilaku ibu memegang peranan penting karena kesehatan balita sangat tergantung oleh ibunya.
AHH di Kabupaten Kuningan
AHH mengindikasikan derajat kesehatan masyarakat dan mencerminkan tingkat keberhasilan pembangunan bidang kesehatan. Semakin tinggi AHH maka derajat kesehatan masyarakat semakin baik dan hal ini didukung oleh keberhasilan dalam pembangunan bidang kesehatan. Sebaliknya, pembangunan bidang kesehatan yang kurang berhasil berdampak pada rendahnya derajat kesehatan masyarakat sehingga AHH rendah. Berikut ini gambaran tentang AHH di Kabupaten Kuningan selama 4 tahun terakhir.
Beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap AHH di Kabupaten Kuningan adalah :
- Persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan
- Persentase rumah tangga dengan lantai tempat tinggal terluas tanah
- Gini Ratio
- Persentase penduduk yang berobat jalan ke fasilitas medis
- Persentase penolong kelahiran oleh petugas medis
- Persentase balita yang pernah diberi imunisasi
- Jumlah dokter.
Faktor nomor 1, 2, 3 memiliki hubungan negatif dengan AHH yang berarti ketika faktor ke 1, 2 dan 3 turun maka AHH nya semakin baik dan faktor nomor 4, 5, 6 dan 7 memiliki hubungan positif yang artinya bila ke 4 faktor ini naik maka AHH di Kabupaten Kuningan juga akan naik.
Apabila dilihat dari kabupaten sekitar maka angka AHH Kabupaten Kuningan adalah sebagai berikut :
Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH) Tahun 2014 – 2017 |
Regional | Tahun | |||
2014 | 2015 | 2016 | 2017 | |
JAWA BARAT | 72,23 | 72,41 | 72,44 | 72,47 |
Tasikmalaya | 67,96 | 68,36 | 68,54 | 68,71 |
Ciamis | 70,34 | 70,74 | 70,90 | 71,07 |
Kuningan | 72,24 | 72,64 | 72,76 | 72,88 |
Cirebon | 71,28 | 71,38 | 71,43 | 71,49 |
Majalengka | 68,66 | 69,06 | 69,22 | 69,39 |
Indramayu | 70,29 | 70,59 | 70,72 | 70,86 |
Pangandaran | 69,84 | 70,24 | 70,40 | 70,56 |
Kota Tasikmalaya | 70,96 | 71,26 | 71,37 | 71,48 |
Kota Banjar | 70,24 | 70,26 | 70,33 | 70,39 |
Dari data AHH selama kurun waktu 4 Tahun terakhir angka AHH Kabupaten Kuningan yang terbaik bila dibandingkan dengan AHH Propinsi Jawa Barat dan kabupaten / kota sekitarnya. Artinya perilaku hidup sehat dan kebijakan kesehatan yang dilakukan oleh DINKES Kabupaten Kuningan sejauh ini masih yang terbaik.
Keluhan kesehatan, berobat jalan ke fasilitas medis, balita yang diberi imunisasi, jumlah dokter, tempat tinggal berlantai tanah, dan khususnya penolong kelahiran oleh petugas medis merupakan aspek-aspek penting dalam menentukan derajat kesehatan seseorang atau masyarakat. Kondisi tubuh yang sehat akan menciptakan daya pikir yang sehat, dan berpandangan jauh ke depan untuk meraih kebahagiaan. Karena tubuh tidak hanya perlu sehat tetapi juga perlu bahagia. Tubuh yang sehat senantiasa dijaga dan dirawat melalui langkah-langkah preventif, serta jika mengalami keluhan kesehatan segera memeriksakan kepada ahlinya di bidang medis. Dengan tenaga kesehatan terutama dokter yang memadai, maka pelayanan pengobatan terhadap pasien yang mengalami keluhan kesehatan akan semakin optimal dan mencegah terjadinya keluhan kesehatan yang lebih parah bahkan kematian.
Kemudian persalinan yang ditolong oleh tenaga medis akan mengurangi risiko terhadap ibu dan bayi yang dilahirkan, seperti terjadinya infeksi, pendarahan yang tidak tertangani, dan sebagainya. Dengan kualitas penolong persalinan yang baik maka kesehatan ibu dan bayi lebih terjamin sehingga angka harapan hidup akan meningkat.
Begitu pula dengan jumlah tenaga kesehatan merupakan hal penting yang dapat menentukan tingkat kesehatan suatu masyarakat. Semakin seimbang proporsi antara tenaga kesehatan dengan penduduk di suatu wilayah maka semakin baik derajat kesehatan penduduk di wilayah tersebut. Dengan jumlah tenaga kesehatan yang memadai, diharapkan mampu menangani para penduduk yang mengalami gangguan kesehatan. Semakin banyak gangguan kesehatan yang tertangani maka akan meningkatkan angka harapan hidup di suatu wilayah.
Menjaga dan memotivasi perilaku sehat bagi penduduk di Kabupaten Kuningan juga disinyalir menjadi faktor utama keberhasilan Kabupaten Kuningan mempertahankan AHH nya pada tingkat yang lebih baik.
Kebijakan pembangunan bidang kesehatan dalam hal penyediaan sarana dan tenaga kesehatan sampai ke wilayah dengan kondisi demografi yang beragam juga harus mendapat apresiasi sebagai pendukung terwujudnya AHH yang baik. Penyediaan layanan BPJS dengan PBI untuk masyarakat yang tidak mampu ternyata dapat mendorong perilaku penduduk menjadi lebih sehat dalam hal penanganan keluhan kesehatan yang di alami.
Kondisi perilaku hidup sehat penduduk, kebijakan pembangunan kesehatan yang berkelanjutan dan suksesnya program BPJS dengan PBI menjadi sebuah pertaruhan besar bagi Kabupaten Kuningan untuk terus mempertahankan kondisi kualitas kesehatannya di masa yang akan datang.***
Penulis: Endang Maman Rusmana, SIP (Fungsional Statistisi Ahli Muda, Badan Pusat Statistik (BPS) Kab. Kuningan)
BIODATA PENULIS
Nama : Endang Maman Rusmana, S.IP
Instansi : Badan Pusat Statistik (BPS) Kab. Kuningan
Jabatan : Fungsional Statistisi Ahli Muda
No. HP/WA : 82115240765
Email : endangmrusmana@gmail.com