KUNINGAN (MASS) – Di wilayah Cibingbin dan sekitarnya, nama Ali Akbar sudah tidak asing lagi. Pria yang sekarang duduk di DPRD Kuningan ini dikenal sebagai juragan kambing. Lebih dari 8 tahun lamanya ia menekuni ternak kambing di desanya, Desa Cibingbin Kecamatan Cibingbin.
Jumlah kambing yang diternak oleh Ali terbilang banyak hingga mencapai 500 ekor. Disamping memasok kebutuhan lokal, dia pun memasarkan produknya itu ke ibu kota dan sekitarnya, bahkan sampai ke daerah Jawa Tengah.
“Banyak suka duka dari bisnis ini. Saya sangat mensyukuri apa yang telah dikaruniakan oleh Allah SWT. Termasuk terpaan ujian pada saat saya ketipu hampir 500 juta rupiah, membuat saya semakin matang,” tutur Ali saat berada di ruang kerjanya, Kamis (17/10/2019).
Ali Akbar ini merupakan pendatang baru di dunia politik praktis. Usianya baru 38 tahun. Pada saat menjadi juragan kambing dirinya merasa terpanggil untuk nyaleg, melihat banyaknya aspirasi yang perlu diperjuangkan.
“Terutama dibidang pertanian dan peternakan, insya Allah saya paham seperti apa kebutuhan masyarakat dibidang tersebut,” kata politisi PPP peraih 2.200 suara di Dapil 4 Kuningan itu.
Khusus untuk wilayah Cibingbin, sebagian besar masyarakat mengandalkan sektor pertanian. Kekurangan air pada musim kemarau panjang, sudah barang tentu menjadi kendala kurang optimalnya hasil yang diperoleh.
“Akibatnya banyak petani yang gak bisa panen. Jujur saja kalau petani gak panen itu berefek besar kepada masyarakat lainnya. Contoh, tukang baju di pasar (Pasar Cibingbin, red) kurang laku. Begitu juga pedagang lain,” ungkap ayah 2 anak tersebut.
Dia berharap pembangunan Waduk Kuningan atau Waduk Cileuweung segera dituntaskan. Dengan begitu, pasokan air untuk petani tidak terkendala musim kemarau.
Satu permasalahan lagi disektor pertanian, Ali menaruh harapan besar agar bantuan dari pemerintah untuk petani jatuh pada waktu yang tepat.
“Contoh bantuan benih padi misalnya. Kan musim tanam itu antara Februari-Maret. Tapi bantuannya turun April. Jadi kan mubazir. Nah, saya duduk di dewan sekarang ingin mengupayakan itu agar waktunya tepat,” tekad Ali.
Semakin kesini dirinya merasa prihatin dengan berkurangnya minat pemuda untuk menekuni sektor pertanian. Dia sudah sangat jarang melihat adanya kaum muda yang mau mencangkul di sawah.
“Pemerintah mestinya bisa menyiasati masalah ini. Karena potensi di kita itu sebetulnya sektor pertanian dan peternakan. Kalau generasi penerusnya menghilang, ya mau bagaimana,” cetusnya.
Untuk sektor peternakan, Ali yang pernah menjadi ketua BAPUK (Balad Acep Purnama Untuk Kuningan) wilayah Dapil 4 itu mengakui di Kuningan cukup banyak peternak. Namun kehadiran pemerintah sangat diperlukan oleh mereka, terutama kaitan dengan pemasarannya.
“Jadi bukan hanya untuk mencukupi kebutuhan lokal saja, tapi bagaimana bisa memasarkan ke luar daerah,” harap dia.
Selain itu, imbuh Ali, belakangan ini muncul fenomena semakin berkurangnya peternak sapi. Hal itu dikarenakan harga bibit sapi yang mahal sehingga secara hitungan ekonomis kurang menguntungkan peternak.
“Kalaupun ada yang bertahan, itu karena mereka punya lahan angonan sehingga tak perlu nyabit rumput. Tapi kalau tidak punya lahan angonan, peternak akhirnya banyak beralih dari ternak sapi,” terangnya. (deden)