KUNINGAN (MASS) – Polemik rutilahu yang belum selesai milik Haerudin, warga Desa Linggajati, Kecamatan Cilimus penderita serangan jantung, dijelaskan langsung oleh panitia pembangunan.
Ketua Panitia Pembangunan, Nanan Septiana, yang juga Wakil Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Linggajati, menjelaskan dengan rinci persoalan yang dihadapinya kepada kuninganmass.com, Senin (3/11/2025) siang.
Tidak sendiri, ia menjelaskan soal rutilahu itu didampingi oleh Ketua BPD, Jaja Sukanda, dan Kaur Umum yang juga panitia, Sutrisno.
Di awal, pihaknya menjelaskan bahwa bantuan rutilahu ini bukan program langsung dari desa, tapi kepedulian sebagai warga yang kemudian dibantu para donatur diantaranya adalah Ketua DPRD, Wakil Bupati, Baznas, Al Multazam, TNI (dalam pengerjaan) hingga warga lainnya.
Dijelaskan panitia, alasan perbaikan rumah Haerudin itu karena memang kondisinya sangat memprihatinkan. Selain itu, lokasi rumah Harrudin berada di jalur lintas Provinsi, sehingga sangat terlihat mencolok.
“Rumah ini berada di pinggir jalur Provinsi, dan jika ambruk, tentu akan berdampak pada semua pihak,” tuturnya
Karena tidak masuk program rutilahu desa, Nanan yang tergerak, dibantu Sekmat Cilimus kemudian mencari donatur ke beberapa pihak, termasuk para pejabat daerah dan lembaga nirlaba yang peduli.
“Alhamdulillah sumbangan masuk dari Wakil Bupati Tuti sebesar Rp5 juta, serta bantuan material dari Ketua DPRD Nuzul Rachdi yang membawa spandek, baja ringan, dan reng baja ringan (jika diuangkan bisa mencapai belasan juta), ada juga dari Baznas Kuningan senilai Rp2,5 juta dan Almutazam yang menyumbang Rp500.000, serta beberapa dari yang lainnya,” ujarnya.
Nanan mengucapkan terima kasih kepada semua donatur yang telah berkontribusi dalam perbaikan rumah. Namun meski ada donatur seperti yang sudah disebutkan, kala perbaikan berlangsung, diakui ada beberapa hal di luar perhitungan awal.
Misalnya, kata Nanan, saat dilakukan perbaikan, ternyata bangunan bata rumah tersebut tidak memiliki ikatan atau slup baja, yang mengakibatkan anggaran yang dibutuhkan meningkat.
“Rencana anggaran biaya (RAB) untuk atap awalnya sekitar Rp36 juta, tetapi kini membengkak menjadi sekitar Rp60 juta karena ada beberapa biaya yang tak terduga,” ujarnya.
Selain tidak adanya slup baja, ditemukan juga kolom yang hilang, bahkan sempat terjadi juga tembok yang roboh karena usia. Alhasil, selain anggaran yang membengkak, waktu pelaksanaan yang direncanakan hanya seminggu, jadi molor.
Untuk rutilahu rumah Haerudin ini, Nanan mengaku awalnya berkoordinasi dengan Kepala Desa. Hasil komunikasi tersebut, dikatakan rutilahu rumah Haerudin itu di luar program jawab desa.
Karenanya, lanjut Nanan, ia juga menegaskan bahwa pihak panitia tidak menerima dana/bantuan sama sekali dari pemerintah desa, murni mengandalkan donatur.
“Tahun ini, hanya ada dua titik pembangunan Rutilahu (yang dari Pemdes, yakni) di Dusun 3. Namun rumah pa Haerudin ini nggak masuk,” tuturnya.
Dikatakan, saat pembangunan atap rumah Haerudin telah mencapai 100%, namun progres rutilahu secara keseluruhan baru mencapai sekitar 80%. “Kami mohon bersabar kepada pemilik rumah, karena masih ada kekurangan yang perlu dipenuhi,” pungkasnya.
Seperti diketahui, Haerudin, penerima manfaat rutilahu tinggal bersama istri, anak, menantu, dan cucu. Selain rumah yang kondisi tadinya sangat memprihatinkan, ia juga kini tak bisa berjualan lantaran kondisi kesehatan, menderita penyakit jantung. (raqib)



















