KUNINGAN (MASS) – Suatu ketika baginda Nabi Muhammad SAW tidak dapat memejamkan mata sepanjang malam. Berkali-kali beliau membolak-balikkan posisi tidurnya. Sehingga istri beliau bertanya, “Mengapa engkau tidak dapat tidur, ya Rasulullah?”
Rasulullah SAW menjawab, “Tadi tergeletak sebutir kurma, kemudian aku memakannya karena khawatir kurma itu terbuang sia-sia. Sekarang aku menjadi cemas, jangan-jangan kurma tersebut sedekah.”
Padahal kurma itu benar-benar milik Nabi SAW. Namun, karena sering datang sedekah yang diberikan orang-orang melalui Nabi SAW maka menjadikan beliau ragu dan membuatnya tidak dapat tidur sepanjang malam. Beliau khawatir kurma yang dimakan itu adalah harta sedekah.
Kisah di atas menggambarkan betapa luhurnya akhlak baginda Nabi Muhammad SAW, sebagaimana ditegaskan dalam Alquran. “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS Al-Qalam [68]: 4).
Aisyah RA istri Nabi SAW ketika ditanya oleh para sahabat tentang akhlak beliau, ia menjawab, “Akhlak Rasulullah adalah Alquran.” (HR Muslim).
Nabi SAW sangat berhati-hati dalam berbagai perkara, termasuk dalam perkara makanan. Semestinya seperti itulah akhlak seorang pemimpin, yaitu berhati-hati dalam berbagai hal yang bukan haknya. Karena seorang pemimpin telah diberikan haknya sesuai perundang-undangan.
Sekaitan jelang digelarnya kontestasi pemilihan kepala daerah secara serentak para calon pemimpin daerah –siapa pun yang terpilih– mesti komitmen mengutamakan dan mendahulukan kemaslahatan masyarakat dan katakan “Haram” memanfaatkan jabatan untuk memperkaya diri, keluarga dan kelompoknya. Jangan menambah sejarah kelam OTT (Operasi Tangkap Tangan) di kalangan pejabat.
Hari ini tidak sedikit pemimpin yang tidak merasa khawatir dengan apa yang diterimanya. Apakah dari hasil suap, hasil korupsi, atau hasil dari bermacam harta yang bukan haknya, tanpa merasa takut dan cemas. Padahal setiap harta yang diperoleh akan dimintai pertanggungjawaban kelak di hari kiamat.
Nabi SAW bersabda, “Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai: umurnya di manakah ia habiskan, ilmunya di manakah ia amalkan, hartanya bagaimana ia peroleh dan di mana ia infakkan, dan mengenai tubuhnya di manakah usangnya.” (HR Tirmidzi).
Apabila di dunia seorang pemimpin mampu untuk mempertanggungjawabkan laporan pertanggungjawaban meskipun dengan memanipulasi data sehingga diterima laporannya dan terbebas dari penjara karena benar secara administrasi. Namun di akhirat, seorang pemimpin tidak akan dapat memanipulasi data karena mulut tidak mampu berkata karena dikunci rapat.
Allah SWT berfirman, “Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (QS Yasin [36]: 65).
Ketahuilah bahwa rezeki yang halal meski tidak banyak itu pasti lebih berkah daripada banyak namun haram maka akan mendatangkan murka. Abul Abbas Ahmad bin Abdul Halim bin Taimiyyah Al-Harrani pernah berkata, “Sedikit dari yang halal itu lebih membawa berkah di dalamnya. Sedangkan yang haram meskipun jumlahnya banyak hanya cepat hilang dan Allah akan menghancurkannya.” (Majmu’ah Al-Fatawa).
Semoga Allah membimbing kita agar cerdas memilih kepala daerah yang amanah dan penuh tanggung jawab dan pemimpin daerah terpilih agar komitmen dalam memperoleh harta dengan cara halal dan mengelolanya secara benar sehingga selamat di dunia dan di akhirat. Amin.
Imam Nur Suharno