KUNINGAN (MASS)- Sabtu (29/08/2020), Fakultas Kehutanan Universitas Kuningan (Fahutan Uniku) meresmikan Stasiun Penelitian Karangsari yang berlokasi di Desa Karangsari, Kecamatan Darma, Kabupaten Kuningan.
Stasiun penelitian ini merupakan realisasi kerja sama antara Balai Taman Nasional Gunung Ciremai dengan Fakultas Kehutanan Universitas Kuningan.
Dekan Fahutan Uniku, Dr Toto Supartono, MSi, mengatakan pembangunan stasiun penelitian di Karangsari dilatarbelakangi oleh berbagai faktor Yang pertama memanfaatkan laboratorium lapangan yang sebenarnya sudah ada di Taman Nasional Gunung Ciremai ini.
Yang kedua, lanjut dia, melihat realita di Fakultas Kehutanan bahwa selama ini penelitian-penelitian dosen belum terfokus di satu tempat.
“Walaupun memang sah-sah saja penelitian itu dilakukan dimana saja, tetapi alangkah baiknya bila penelitian itu fokus dilakukan di suatu tempat sehingga nanti hasilnya akan lebih terlihat,” jelasnya.
Yang ketiga, kita melihat Gunung Ciremai memiliki potensi untuk dijadikan sebagai stasiun penelitian. Selain itu juga Fakultas Kehutanan memiliki harapan bisa berkontribusi didalam pelestarian keanaragaman hayati khsusunya di Taman Nasional Gunung Ciremai,
Selanjutnya, dirinya menyampaikan pemerintah merespon positif permintaan dari Fakultas Kehutanan dan akan segera menandatangani kerja sama dengan Kementerian Kehutanan.
“Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kehutanan, merespon positif usulan atau permintaan dari Fakultas Kehutanan ini dan kita sudah mengajukan proposal termasuk draft kerja sama dengan Kementerian Kehutanan,” ujarnya.
Draft perjanjian ini sudah masuk ke meja menteri dan sangat merespon positif walaupun ada sedikit revisi terkait draft kerja sama tersebut.
Toto berharap Stasiun Penelitian Karangsari bisa menjadi rujukan bagi stasiun penelitian atau kawasan konservasi lainnya.
“Kami mencita-citakan stasiun penelitian ini bisa menjadi rujukan bagi stasiun-stasiun penelitian perguruan tinggi atau kawasan konservasi lainnya, karena bila kita melihat perguruan tinggi yang lain, biasanya stasiun penelitian yang dibuat oleh perguruan tinggi itu diluar kawasan konservasi,” jelasnya.
Sementara, Fakultas Kehutanan Uniku itu dilakukan didalam kawasan konservasi dan lokasi yang dipilihnya itu bukan ekosistem yang masih bagus, tetapi ekosistem yang sudah berupa semak belukar.
Sehingga disitu memiliki tantangan untuk bisa memulihkan ekosistem, yang tentunya didalam pemulihan ekosistem itu jenis yang dipilihnya itu tidak sembarangan.
Artinya harus memenuhi kriteria-kriteria tersendiri yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ketika kita berhasil memulihkan ekosistem atau merehabilitasi ekosistem dengan jenis-jenis tertentu.
“kami berharap ini bisa menjadi rujukan bagi kawasan-kawasan konservasi lainnya didalam pemulihan ekosistem,” harapnya.
Sementara itu, Wakil Dekan I Fahutan Uniku, Iing Nasihin, SHut MSi, mengatakan, dalam kurun dua tahun, puluhan penelitian sudah dihasilkan di Stasiun Penelitian Karangsari.
Dari aspek akademik, kalau bisa diibaratkan, sekolah kesehatan perlu rumah sakit atau poli klinik untuk praktek dan bagi Ilmu Kehutanan Fakultas Kehutanan, hutan adalah rumah sakitnya.
“Jadi, dari aspek akademik, banyak sekali yang bisa digali sebagai bahan penelitian, baik bagi mahasiswa maupun bagi dosen itu sendiri,” ujarya.
Sejak dua tahun terakhir ini, piaknya sudah melakukan banyak penelitian di sini, mungkin sudah ada sekitar 10 skripsi yang sudah dihasilkan di stasiun penelitian ini.
“Kalau dosen, ada sekitar 8 artikel penelitian yang sudah diterbitkan di jurnal ilmiah,” jelasnya.
Lebih jauh, Iing menyampaikan selain sebagai tempat penelitian, di stasiun penelitian ini juga mahasiswa bisa mempelajari hubungan timbal balik antara eksosistem intra dan inter ekosistem.
“Di sini, mahasiswa bisa belajar sesuai minatnya, tentunya dalam lingkup kehutanan, karena kehutanan sendiri sekarang lingkupnya sudah semakin meluas, kalau dulu aspek kehutanan ini selalu berbicara tentang kayu sebagai produknya, sekarang lebih cenderung ke jasa ekosistem,” bebernya.
Selain sebagai tempat penelitian, mahasiswa juga nanti bisa mempelajari hubungan timbal balik antara eksosistem intra dan inter ekosistem, misalkan dari jasa lingkungan, air, wisata, dan lain sebagainya, sehingga itu bisa menjadi bekal bagi mereka sebelum terjun ke masyarakat.(agus)