KUNINGAN (MASS) – Dilepasnya harga minyak goreng ke mekanisme pasar, membuat keprihatinan banyak pihak. Hal itu, ternyata bukan hanya dirasakan konsumen di bawah. Bahkan, pengusaha ritel Kuningan, bos Puspita Grup, H Rokhmat Ardian juga turut mengutarakan keprihatinannya.
“(Tentu) menjadi keprihatinan bersama dengan harga (minyak) naik turun seperti itu,” ujarnya baru-baru ini.
Menurutnya, sudah menjadi tugas bersama baik itu pemerintah maupun masyarakat untuk memastikan harga komoditas bisa stabil (tidak naik turun) dan ketersediaanya ada. Apalagi, menjelang bulan puasa.
“Yang penting, semuanya ada kepastian (harga),” imbuhnya.
Baca : https://kuninganmass.com/minyak-goreng-harganya-bukan-lagi-rp14ribu/
Sebagai pengusaha ritel modern,Ardian tidak merasa senang saat konsumennya kepayahan. Karenanya, dirinya tidak senang jika harga-harga itu ‘dipermainkan’.
Lebih lanjut, Ardian juga berkomentar keras. Menurutnya, jika memang ada pemain, harus diamankan dan dihukum berat.
“Itu kurang ajar, mempermainkan masyarakat,” sebutnya menambahkan.
Ardian menyebut, seharusnya di masa seperti ini, tidak boleh ada yang ‘bermain-main’. Jika ada pemain, pemerintah harus tegas. Dimasa seperti ini, seharsnya bisa menolong, dan membantu masyarakat.
“Memang ironis, negara penghasil sawit terbesar tapi begini (soal minyak goreng yang tidak stabil dan sempat langka),” terangnya.
Ardian mengatakan, banyak perusahaan sawit yang ada di Indonesia, kepemilikannya dari luar. Menurut Ardian, harusnya negara juga bisa hadir melalui BUMN di minyak sawit.
“Harus ada perusahaan besar (milik negara) yang ikut di minyak sawit,” usulnya.
Nantinya, saat ada BUMN, harga minyak sawit yang komoditas terbesarnya dari Indonesia, harganya bisa ditekan agar tetap stabil.
Dirinya juga mencontohkan, beberapa perusahaan milik BUMN yang ada cukup bisa melakukannya, seperti Pertamina pada energi, PLN pada listrik, dan Telkom di Telekomunikasi. (eki)