KUNINGAN (MASS) – Dalam rapat lintas sektor yang melibatkan BBWS perihal bau menyengat di pintu air Bendungan Kuningan, muncul usulan penanaman pohon untuk mengurangi dampak ke warga setempat.
Usulan tersebut, datang dari Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kuningan, Dr Wahyu Hidayah M Si.
Secara garis besar, saran yang ditampung dalam pertemuan itu ada dua jenis. Pertama, menekan atau mengalihkan bau menyengat. Kemudian solusi lainnya adalah relokasi, warganya yang dipindah dari sekitar.
“Iya saya yang menyarankan sebagai solusi vegetatif disamping rekayasa teknis (mesin penyedot bau raksasa) yang akan dibangun oleh BBWS,” ungkapnya, Kamis (1/2/2024) siang.
Adapun, tanaman penyerap bau yang disarankanya meliputi beberapa jenis. Berikut daftarnya:
- Bambu
- Lidah mertua
- Minta
- Jeruk
- Palem waregu
- Lavender
- Sri Rejeki
- Taru Menyan
- Sirih Gading, dll
Wahyu mengatakan, selain dampak bau menyengat yang membuat warga sekitar tak nyaman, tapi sebenarnya banyak juga manfaat dari Bendungan Kuningan.
“Adanya Bendungan Kuningan sangat besar manfaatnya bagi Diskatan dan para petani, saat kemarin el nino saja, 290 hektar tanaman jagung masih bisa tanam dan panen. Walaupun pengaturannya itu air pintu bendungan dibuka setiap Senin, dari pagi sampai sore, alhamdulillah bisa mengaliri, itu dari segi manfaat,” ungkapnya.
Meski begitu, disamping manfaatnya, saat inu terjadi bau menyengat dan kebisingan gemuruh bagi warga setempat. Dan itu harus segera ada solusinya.
Adapun, bau menyengat sendiri diduga kuat bersumber dari senyawa organik yang terbentuk secara alami terbentuk ketika bahan tanaman membusuk di danau dan waduk.
Senyawa organik tersebut sering kali menimbulkan bau, terutama menjelang akhir musim panas, baunya mungkin tidak sedap.
Dari berbagai sumber, ia juga mengatakan air kemungkinan air minum bisa mengandung gas hidrogen sulfida, yang berbau seperti telur busuk.
Hal ini dapat terjadi ketika air bersentuhan dengan bahan organik atau mineral tertentu, seperti pirit. Keadaan ini sebagian besar terjadi karena air tanah disaring melalui bahan organik atau batuan. (eki)