KUNINGAN (MASS) – Namanya Andit, lelaki asal Kaduagung ini sudah 20 tahun berjualan nasi goreng di depan Bawaslu tepat sebrang Terminal Kertawangunan, Sindangagung.
Nama nasi gorengnya, dinamai Isti Gandoel. Kata Andit, nama Isti Gandoel itu dipilihnya semacam menjadi harapan, tidak ada istilah ngagandoel, bebenangan.
“Mulai dagang tahun 2001 a, disini,” ujarnya Minggu (3/10/2021) malam.
Meski asli Kuningan, Andit mengaku banyak bergaul dengan orang Jawa. Bahkan, sekilas dari khas dari masakan dan tampilannya pun, lumayan mirip.
Diceritakannya, dulu dirinya ‘ngababak’ dagang di sekitar sana sebelum adana terminal. Masih sangat sepi. Sehingga, pelanggan pun masih sangat minim.
Satu hari, pernah dialaminya hanya 1 atau 2 porsi saja. Namun, dulu harganya sangat berbeda dengan saat ini.
“Dulu mah seporsi 700 a,” ujarnya sembari menerangkan, saat ini satu porsi yang sama harganya sudah umum, sekitar Rp13 ribu-an .
Selain nasi goreng, dirinya juga menjual mie goreng, mie rebus (godog) dengan bumbunya sendiri. Dijual juga kwetiaw yang bisa jadi pilihan.
Saat ini, meski sekpat dihantam pandemi dirinya mengaku bersyukur karena usahanya masih bertahan.
Lelaki dengan 3 anak itu mengaku, saat pandemi masih bisa menjual hingga 20 porsi. Terbilang cukup.
“Alhamdulillah mulai merata deui, mulai ke normal,” ujarnya dalam bahasa Sunda, dalam obrolan. (eki)