KUNINGAN (MASS) – Perkumpulan Seni Rudat yang satu ini, berada di Dusun Kliwon Desa Cipasung Kecamatan Darma. Namanya Rudat Bodehan Pasir Nanjung.
Seni Rudat Bodehan ini, dikatakan pada sejarahnya telah dijadikan alat perjuangan dalam melawan penjajahan Belanda dan Jepang.
Hal itu, dikatakan abah Umi Suharya sebagai sesepuh Rudat Bodehan pada salah satu pengurus DPD Lingas (Lingkungan Anak Sunda) Kuningan Dede Dadang Sukandar.
Rudat Bodehan Cipasung ini, disebut-sebut telah berdiri sejak tahun 1955, bahkan lebih lama lagi.
Di masa sebelumnya, pada masa penjajahan masih dikenal dengan nama Rudat Buhun. Setelah tahun 1955 itulah, berganti sebutan menjadi Rudat Bodehan.
“Perbedaanya hanya terletak pada ritme gerakanya, Rudat Bodehan lebih lembut/luwes,” sebut kang Dede menirukan perkataan abah Umi Suharya.
Dijelaskannya, kesenian Rudat Bodehan ini baru aktif kembali sekitar tahun 2017an diprakardai kepala desa. Saat ini, rutin digelar latihan setiap malam Rabu dan malam Minggu.
“Saat ini, ada 14 anggota atau penari perempuan usia 7 sampai 15 tahun (disebutkan ini merupakan generasi ke 5, red). Lalu, ada penabuh genjring terdiri dari 7 orang bapak-bapak,” terangnya.
DPD Paguyuban Lingas Kuningan sendiri, memang tengah melakukan kegiatan rutinnya melakukan pembinaan kemitraan terhadap pelaku seni dan budaya saat mengangkat Rudat Bodehan ini pada Selasa (30/3/2021) malam.
Sekertaris Lingas Alit Harja Semeru menyebut kunjungan pihaknya ini bisa diterima dengan baik. Dirinya berterima kasih pada smeua pihak yang sejalan melestarikan budaya sunda.
“Kami sangat senang dan berterimakasih kepada semua pihak yang sejalan dengan Lingas. Semoga bisa menjadi dasar konsistensi kami dalam mencapai visi dan misi kita yaitu Ngariksa Budaya Sangkan Kajaga, Mupusti Tradisi Sangkan Lestari,” sebutnya.
Malam itu, turut hadir kepala desa setempat Nanang Nuryadi S Ag, bahkan hadir juga paguron pencak silat Panca Tunggal Desa Sagarahiang Kecamatan Darma, yang hadir untuk silaturahmi antar pelaku seni.
Kepala Desa Nanang menyebut, pihaknya memang tengah berupaya untuk tetap menjaga dan melestarikan seni dan budaya.
“Karena itu, acara seperti ini bisa diagendakan setidaknya 1 kali atau 2 kali dalam sebulan,” ujarnya. (eki)