KUNINGAN (MASS) – Beragam cara dilakukan orang untuk melakukan kecurangan, beragam cara pula dilakukan orang untuk melawannya.
Salah satu cara universal yang biasa dilakukan untuk melawan kecurangan, pengkhianatan dan ketidakadilan adalah melalui kekuatan literasi.
Hal ini disampaikan oleh Inisiator Gerakan KITA, Ikhsan Marzuki (26/3).
Menurutnya beragam cara dilakukan orang untuk mengkhianati amanah, beragam cara pula dilakukan orang untuk mengingatkan dan menuntutnya, yang perlawanan tersebut salah satunya melalui puisi.
“Puisi bisa memiliki kekuatan besar tanpa harus mengeluarkan dana besar layaknya para penguasa yang melanggengkan kekuasaannya. Puisi juga bisa memiliki kekuatan besar tanpa harus menggunakan kekerasan” lanjutnya Ikhsan.
Baginya, kekuatan literasi melalui puisi bahkan bisa bertahan lama melewati ruang dan waktu, tersimpan rapi dalam khazanah pengetahuan manusia.
“Beragam cara dilakukan orang untuk menginjak-nginjak keadilan, beragam cara pula dilakukan orang untuk menegakkannya,” tegasnya.
Senada dengan Inisiator Gerakan KITA H. Ikhsan Marzuki, Ketua Gerakan Pagar Aqidah (Gardah) Kuningan, Dadan Somantri Indrasantana sepakat, melalui puisi orang dapat menyuarakan kegelisahan-kegelisahan yang ada di tengah masyarakat.
Bahkan, pria yang dikenal selalu tegas dan berapi-api saat menyampaikan pendapatnya, baik saat diskusi ataupun orasi di tengah massa ini langsung menuliskan beberapa paragraf puisi yang menurutnya mewakili kegelisahannya atas ketidakadilan yang saat ini terjadi.
KENAPA KITA DIAM ?
Karya : D.S. Indra Santana
Kenapa kita diam ?
Sudah lupakah peristiwa ketika simbol agama kita di nistakan.
Kenapa kita diam ? _Sudah lupakah janji wakil rakyat saat aksi menuntut adanya sanksi.
Kenapa kita diam ?
Tidak sadarkah kita apa yang sedang mereka lakukan dan rencanakan.
Kenapa kita diam ?
Kenapa….?
Saat ini….
Bukan lagi masalah Keptusan De Pe Er De yang sedang di uji di Pe Te U En.
Saat ini….
Bukan lagi terbukti bersalah atau tidaknya pelaku penista simbol Islam.
Saat ini….
Bukan lagi sudah selesai atau tidaknya sebuah proses hukum dagelan.
Tapi saat ini….
Masalah terbesar adalah ketika mereka semua telah menghianati konstituennya.
Masalah terbesar adalah ketika hak-hak kita mereka kebiri, dan anggap kita bodoh, bisa di suap oleh uang hasil korupsi yang bagi kita adalah sampah yang tak ada nilainya.
Masalah terbesar adalah mereka semua diam seribu bahasa seolah tidak tau dan tidak ada masalah apa-apa.
Masihkah kita akan diam ?
Tidak…!
Kita tidak akan pernah diam karena kita bukanlah penghianat. Kita tidak akan pernah diam karena kita bukanlah pecundang.
Kita tidak akan pernah diam karena kita bukanlah pengecut.
Kita tidak akan pernah diam karena diamnya kita adalah kekalahan.
Kita tidak akan pernah diam karena kita tau apa yang harus kita lakukan.
Konspirasi jahat mereka dengan penguasa dzolim adalah modal mereka khianati umat.
Kekuasaan dan kekayaan mereka adalah senjata mereka untuk melancarkan niat-niat busuk dihati mereka.
Namun….
Mereka lupa di atas langit ada langit dan di atas penguasa ada sang Maha Kuasa.
Kita tunggu saatnya nanti, mereka akan menangis, merintih dan menyesali pengkhianatannya.