KUNINGAN (MASS) – Hari ini 27 Rajab 1441-H (Ahad 22 Maret 2020-M) umat Islam memperingati Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW dalam suasana prihatin. Merebaknya Covid-19 membawa dampak yang besar bagi kehidupan sehari-hari Umat Islam. Acara yang melibatkan banyak orang, termasuk perayaan Isra Mi’raj tahun ini, sementara dibatasi demi maslahat dan kebaikan bersama yang lebih besar.
Pembatasan keramaian itu penting sebagai upaya untuk mencegah makin meluasnya wabah Covid-19 di negara kita. Sebagai manusia, kita wajib berusaha maksimal untuk mencegah meluasnya wabah dengan cara-cara yang paling mungkin dapat kita dilakukan, sambil kita bertawakkal kepada ALLAH. Ilmu dan Iman harus berjalan paralel. Tidak ada tabrakan antara keduanya.
Berusaha dan bertawakkal atau berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah prinsip dalam kita menjalankan agama. Dalam hal penyakit, kita disuruh berusaha maksimal dengan segala kemampuan yang kita miliki untuk mengatasinya. Hasil akhir dari usaha kita, kita serahkan kepada ALLAH. Karena ALLAH-lah Yang Maha Mengetahui akan segalanya.
Usaha datang dari manusia, namun kesembuhan adalah datang dari ALLAH. DIA-lah yang menyembuhkan seseorang dari sakit yang dideritanya ( _”Waidza maridtu fa huwa yasyfin“_ = “…..Dan apabila aku sakit, DIA-lah yang menyembuhkan aku“, Qur’an surah ke-26 Asysyu’ara 80).
Sepanjang sejarah manusia, merebaknya wabah penyakit bukan baru kali ini terjadi. Bahkan di zaman Nabi, pernah berkembang wabah di Damascus, Syria. Nabi mengetahui wabah itu dan beliau bersabda “ _Apabila merebak wabah di suatu negeri, jangankah kalian pergi ke tempat itu_.”
Selanjutnya beliau bersabda “ _Dan apabila merebak wabah penyakit di suatu tempat, sedang kalian berada di sana, maka janganlah kalian pergi meninggalkan tempat itu_”. Prinsip yang dikemukakan Nabi itu sangat penting kita jadikan petunjuk mengatasi wabah di zaman kita sekarang.
Patut diingat, Nabi mengucapkan kalimat-kalimat itu di Madinah. Di kota itu, beliau bukan sekedar “seorang Nabi”, tetapi sekaligus adalah Pemimpin dari “Negara” Madinah. Perintah itu bukan sekedar nasihat dari seorang Nabi, tetapi dapat dimaknai sebagai perintah dari pemimpin kepada rakyatnya.
Tentu zaman akan terus berubah, ilmu makin maju dan teknologi makin berkembang, tantanganpun makin besar. Kita yang hidup di zaman kita sekarang, tentu akan mampu mengatasi apa yang menjadi tantangan di zaman kita. Al Qur’an dan Hadist Nabi tetaplah menjadi pedoman universal.
Pedoman universal itu wajib kita transformasikan untuk menghadapi tantangan zaman yang terus berubah. Kita menjadi Muslim yang cerdas, mampu menghadapi tantangan zaman karena kita memiliki petunjuk universal dari Al Qur’an dan Hadist, dan kita mempelajari sains dan teknologi.
Sains dan teknologi akan terus berkembang. Umat Islam tidak boleh tertinggal, mereka wajib memperdalam dan menemukan inovasi baru. Kita menjadi anak zaman yang menjadi pioner kemajuan, karena kita adalah umat terbaik yang ditonjolkan ALLAH kepada umat manusia.
Karena itu tinggalkanlah sifat jumud, konservatif dan fatalis dalam menghadapi tantangan zaman. Kita harus berada di garda terdepan dalam menghadapi tantangan zaman. Covid 19 adalah tantangan. Kita wajib menghadapinya dengan cerdas dan memetik hikmahnya untuk kemajuan ke depan. ***
Jakarta 22 Maret 2020
Yusril Ihza Mahendra
Atas permintaan Ketua DPC PBB Kuningan, Awang Dadang Hermawan, yang dikenal dekat dengan Prof Yusril Ihza Mahendra.